Yang menjadi kunci adalah keluarga sebagai sekolah yang pertama dan utama. Keluarga yang sehat dan solid akan menjadi basis pembelajaran yang kokoh bagi warga muda, terutama soal akhlaq dan adab.
Belajar sebagai sebuah emergent phenomena adalah sebuah rangkaian kegiatan yang sederhana, tidak pernah membutuhkan kerumitan birokratik persekolahan.
Ada 4 kegiatan belajar pokok: 1) praktek atau mengalami, 2) berbicara dengan bebas (plus mendengarkan), 3) membaca, dan 4) menulis. Mungkin perlu ditambah satu lagi: 5) berhitung.
Yang penting adalah warga belajar melakukannya secara kontekstual sehingga bermakna menjadi bagian dari tumbuh sebagai pribadi dewasa dengan penuh tanggungjawab.
Yang diutamakan bukan mutu melalui penyeragaman massal, tapi relevansi bagi setiap warga belajar yang unik secara personal (bakat, minat, aspirasi, serta jenis kelamin), spasial (kawasan urban, agromaritim), dan temporal (kekinian dan kemutakhiran).
Kunci keberhasilan kita memanen bonus demografi tidak bisa disandarkan lagi pada sistem persekolahan yang makin birokratik, kaku dan tidak efisien. Itu harus disandarkan pada sebuah Jejaring Belajar Sibernetik yang lentur dan luwes yang melayani warga muda sebagai instrumen perluasan kemerdekaan.
RIK3 RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, 5/12/2020