Sehingga saudaraku, ada hal yang jauh lebih besar yang penting sekali kita perbuat setelah kejadian kemarin, yaitu bagaimana kita umat Islam benar-benar mencintai kitab sucinya, membacanya, memahaminya, menghafalkannya, mengamalkannya dan mengajarkannya. Jangan sampai ada orang yang berbeda akidahnya dengan kita akantetapi leluasa saja berbicara mengenai Al Quran, sedangkan kita bingung harus memberi respon seperti apa. Jangan sampai ada orang yang akidahnya di luar kita lebih fasih mengomentari Al Quran, sedangkan kita membacanya saja jarang apalagi memahaminya dan mengamalkannya.
Mari kita bertekad untuk tidak hanya fokus pada penista Al Quran saja, tidak hanya fokus pada sisi emosional dan rasa tersinggung saja. Akantetapi mari kita lebih fokus pada perbaikan diri kita. Boleh jadi masih banyak dari umat ini yang masih buta Al Quran, belum bisa membacanya apalagi memahaminya. Mari kita jadikan momentum kemarin sebagai momentum kita kembali kepada Al Quran, lebih mencintainya dengan mengakrabi, memahami, dan mengamalkan Al Quran. Demikianlah pembelaan yang sejati terhadap Al Quran. Semoga kita termasuk orang-orang yang mendapatkan naungan di akhirat kelak karena keakraban kita dengan Al Quran. Aamiin yaa Robbal’aalamiin.
*) Pengasuh pondok pesantren Daarut Tauhiid Bandung – Jakarta.
Selalu adem ayem, jazakumullah Aa…
Beri kami istiqomah Ya Allah.
Selalu adem kalau baca tausiyah aagym
Jazakallah… utk tausyiah nya AA’ ^_^