MOSUL – Kantor berita Reuters melaporkan ribuan anak-anak terpisah akibat sembilan bulan peperangan di kota Mosul, Irak.
Sebagian anak-anak ditemukan berkeliaran sendirian dengan ketakutan, diantara puing-puing reruntuhan bangunan, dan sebagian lagi ikut bergabung dengan para pengungsi, ikut dalam gelombang eksodus dari Mosul yang telah luluh lantak.
Badan Perlindungan Anak PBB Unicef melalui seorang spesialisasi perlindungan anak Mariyampillai Mariyaselvam menyatakan bahwa saat ini banyak anak-anak mengalami shock ditemukan di reruntuhan puing-puing sisa peperangan atau bersembunyi di dalam terowongan-terowongan di Mosul.
“Banyak diantara mereka kehilangan keluarganya ketika melarikan diri dari pertempuran, namun banyak juga sebagian dari orang tua terpaksa meninggalkan anak-anak mereka atau memberikan anak mereka kepada orang lain,” paparnya.
Juga disamping itu ia menjelaskan bahwa banyak juga anak-anak dipaksa untuk ikut melakukan aksi pertempuran atau melakukan aksi kekerasan, sehingga mereka sangat rentan menjadi korban eksploitasi seksual.
“Anak-anak ini sangat rentan, sebagian dari mereka melewati sejarah hidup yang sangat menyakitkan,” kata Mariyampillai.
Ia menuturkan, saat ini jumlah anak yang mengungsi dari Mosul kian bertambah banyak ketika pertempuran mencapai klimaksnya.
“Sangat sulit mengetahui secara akurat jumlah anak-anak terlantar itu. Badan-badan perlindungan anak mencatat sebanyak lebih dari 3.000 anak terpisah dari orang tuanya, sedangkan sebanyak 800 anak hidup sendirian. Yang menjadi prioritas adalah mereka yang hidup sendirian,” ujar Mariyampillai. (HA)