YANGON, SERUJI.CO.ID –Â Myanmar tidak siap untuk pemulangan pengungsi Muslim Rohingya, kata pejabat tertinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang mengunjungi negara itu pada tahun ini, sesudah Myanmar dituduh memicu pembersihan suku dan mengusir hampir 700.000 warga Muslim tersebut ke Bangladesh.
“Dari yang saya lihat dan dengar dari orang, tidak ada layanan kesehatan, kekhawatiran akan perlindungan, keberlanjutan pengusiran, yang menjadikan keadaan tidak memungkinkan untuk kembali,” kata Ursula Mueller, Wakil Sekretaris Jenderal Perserikatan bangsa-Bangsa untuk Urusan Kemanusiaan, setelah berkunjung enam hari ke Myanmar, Ahad (8/4).
Pemerintah Myanmar berjanji melakukan yang terbaik untuk memastikan pemulangan berdasarkan atas perjanjian, yang ditandatangani dengan Bangladesh pada November, berjalan “adil, bermartabat dan aman”.
Myanmar telah memastikan beberapa ratus pengungsi Muslim Rohingya dapat kembali. Kelompok itu akan menjadi gelombang pertama pengungsi dan dapat kembali ke Myanmar “ketika mereka nyaman”, kata pejabat Myanmar pada bulan lalu.
Mueller diberikan kesempatan langka di Myanmar, diizinkan mengunjungi daerah paling terdampak di negara bagian Rakhine, dan bertemu dengan menteri pertahanan dan urusan perbatasan, yang dikuasai tentara, juga pemimpin Aung San Suu Kyi serta pejabat lain.
Pengungsian warga Muslim Rohingya terjadi sesudah tindakan keras tentara pada 25 Agustus di negara bagian Rakhine, Myanmar barat laut. Pengungsi Muslim Rohingya melaporkan pembunuhan, pembakaran, penjarahan dan perkosaan dalam tanggapan terhadap serangan pejuang terhadap pasukan keamanan.
“Saya minta pejabat Myanmar mengakhiri kekerasan dan kepulangan pengungsi dari Cox’s Bazar harus sukarela, dengan cara bermartabat, ketika penyelesaian langgeng,” kata Mueller kepada Reuters dalam wawancara di kota terbesar Myanmar, Yangon.
Myanmar menyatakan pasukannya terlibat secara sah dalam melawan Muslim Rohingya.
Pejabat Bangladesh sebelumnya menyatakan meragukan kemauan Myanmar mengambil kembali pengungsi Muslim Rohingya.
Myanmar dan Bangladesh pada Januari sepakat menyelesaikan pemulangan sukarela pengungsi dalam dua tahun. Myanmar membangun dua pusat penerimaan dan yang dikatakannya kampung sementara di dekat perbatasan di Rakhine untuk menerima kedatangan pertama.