MENU

Bencana Kelaparan Ancam Sudan Selatan

NEW YORK – Bila anak menangis, orangtua biasanya segera membantu dengan cara menggendong, membujuk, memberi cemilan, dan sejenisnya. Tapi, bagaimana jika ada anak yang sudah tidak bisa menangis lagi karena kelaparan dan gizi buruk? Apa yang kita bisa lakukan?

Peta kawasan Tanduk Afrika yang sebagian menderita kelaparan. Kasus terbaru, dan terbesar, terjadi di Sudan Selatan.

Bulan ini, kabar tentang bencana kelaparan tersebar di berbagai media. Setelah enam tahun tak ada kabar, UNICEF pada 21 Februari resmi mengumumkan kembali terjadinya bencana kelaparan. “Hampir 1,4 juta anak berisiko mati tahun ini akibat kelaparan di Sudan Selatan, Nigeria, Somalia dan Yaman,” begitu peringatan lembaga PBB yang mengurusi kesejahteraan anak itu.

Sudan Selatan, negara paling baru di dunia, punya populasi 13 juta manusia namun begitu miskin sehingga tidak mampu untuk sekadar merayakan HUT kemerdekaan ke-6 pada 9 Juli nanti. Jangankan pesta perayaan, jutaan penduduk negeri di sisi barat kawasan Tanduk Afrika itu tidak memiliki cukup makanan. Bahkan, 1,1 juta anak beresiko mati kelaparan.

Sejak tahun 2000, dunia hanya sekali mengalami bencana kelaparan. Saat kelaparan melanda Somalia (di Tanduk Afrika) pada 2010, lebih dari seperempat juta orang meninggal yang separonya anak-anak balita. Sebelumnya, kelaparan yang melanda Ethiopia (juga di Tanduk Arika) pada 1980-an menyebabkan kematian antara 400.000 hingga satu juta orang.

Sekarang, di Sudan Selatan, Ethiopia, Nigeria, Yaman, dan Somalia, ada lebih dari 20 juta orang menghadapi mati pelan-pelan akibat kelaparan. Kombinasi antara konflik, kekeringan, dan gagal panen membuat penduduk manusia kurang gizi.

Anak-anak di Sudan Selatan sudah tidak lagi bisa makan makanan layak. Mereka sekarang makan rumput liar, serangga, dan apa saja yang bisa didapat. Tapi makanan tersebut juga semakin lama makin langka. Anak-anak di Sudan Selatan sudah kekurangan gizi.

Pada pertengahan tahun ini, diperkirakan lebih dari setengah penduduk negara itu (sekitar 6,5 juta orang) tidak tahu lagi dari mana makanan akan didapat. Jika makanan masih bisa didapat, mereka juga terancam kekurangan air bersih.

Maka, penyakit menular semacam kolera sudah menjadi hal umum. Anak-anak yang kekurangan gizi akan sembilan kali lebih mungkin mati akibat penyakit menular daripada anak yang tidak kekurangan gizi. Padahal, sebagian besar anak-anak Sudan Selatan hanya mengais rumput untuk mendapatkan makanan.

EDITOR: Omar Ballaz

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER