MENU

Soal Gizi Buruk di Jatim, Khofifah-Emil Dinilai Lebih Paham Dibanding Gus Ipul-Puti

SURABAYA, SERUJI.CO.ID – Penampilan pasangan calon Gubernur-Wakil Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa-Emil Elistianto Dardak dinilai memukau pada acara Debat Publik perdana yang digelar KPU Jatim. Duet Khofifah-Emil sukses menggaungkan Nawa Bhakti Satya kepada masyarakat.

Hal itu disampaikan pengamat politik dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Airlangga Pribadi, di Surabaya, Rabu (11/4).

Dalam materi debat yang menyoroti masalah gizi buruk. Suasana debat begitu panas ketika masuk segmen debat antara cawagub. Dalam debat tersebut cawagub nomor urut dua, Puti Guntur Soekarno, disebut salah mengeluarkan data yang tidak sesuai.

Puti menyebutkan gizi buruk di Trenggalek masih tinggi, dengan menyebut angka 25 persen dan mengatakan batas toleransi balita stunting berdasarkan WHO sebesar 20 persen maksimal.

Namun data yang diungkapkan Puti tersebut dibantah oleh Emil, dan juga terbantahkan oleh survei gizi yang dilakukan pemerintah Provinsi Jawa Timur.

Dalam laman resmi provinsi Jawa Timur yang diakses Rabu (11/4/2018), survei Pemantauan Status Gizi (PSG) tahun 2014-2016, persentase status gizi stunting di Jawa Timur tercatat usia 0-59 bulan pada tahun 2014 sebesar 29 persen.

Menurut batas toleransi Badan Kesehatan Dunia (WHO), angka anak gagal tumbuh atau stunting ditoleransi 20 persen dari jumlah balita. Sementara persentase data terakhir status gizi stunting di Jawa Timur masih mencapai 26 persen.

Bahkan lebih detil di sejumlah daerah Jawa Timur, kasus gizi buruk masih di atas 30 persen. Mulai dari Kabupaten Sampang yang mencapai 40 persen, Jember sebesar 39,2 persen, Sumenep 32,5 persen, Bangkalan sebesar 32,1 persen, Probolinggo tercatat sebesar 25,5 persen dan Lamongan 25,2 persen.

Menurut Airlangga, pasangan Khofifah-Emil berhasil tampil meyakinkan dengan membeberkan sejumlah data yang akurat. Menurutnya pasangan Khofifah-Emil paling memahami permasalahan yang harus ditangani pemerintah provinsi Jawa Timur.

“Kelebihan Khofifah Emil, keduanya secara konkrit bisa menjelaskan angka-angka. Itu kelihatan keduanya sangat detail memahami persoalan,” ujar Airlangga.

Dalam programnya, Khofifah Emil ingin mengikis jumlah gizi buruk dan ketimpangan antara kota dan desa. Khoifah-Emil menyediakan PKH Plus demi menghapus disparitas pangan dan memberdayakan kaum lansia, difabel dan perempuan rentan miskin.

Kemudian, soal akses, Khofifah menyajikan Jatim Akses. Dalam poin tersebut Khofifah-Emil berkomitmen membangun akses infrastruktur di sejumlah wilayah Jawa Timur. Hal diprogramkan demi mempermudah akses mobilitas distribusi kebutuhan masyarakat Jawa Timur. (Setya/Hrn)

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER