MAKASSAR, SERUJI.CO.ID – Salah satu dampak mahalnya harga tiket pesawat terbang saat ini, arus pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) dari dan ke Makassar anjlok tajam.
Dalam periode yang sama, arus wisnus dari dan ke Makassar pada bulan Februari tahun lalu sudah mencapai lebih 20 persen dari target. Tahun ini baru didapat sekitar 5 persen, atau anjlok sekitar 15 persen.
“Kenyataan ini menakutkan, karena jika berlangsung terus sampai 12 bulan, sampai bertemu bulan Februari lagi di tahun 2020, pasti akan banyak industri kepariwisataan, termasuk usaha perjalanan wisata yang tumbang karena gulung tikar. Itu artinya tingkat pengangguran di kota Makassar berpeluang membengkak,” ujar Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Sulsel, Didi L Manaba kepada SERUJI di Makassar, Jumat (15/2).
Perjalanan Wisata ke Sulsel Banyak Dibatalkan Karena Tiket Pesawat Mahal
Menurut Didi, saat ini saja Asita Sulsel sudah menampung lebih dari 100 keluhan dari para anggota Asita yang mengelola usaha travel.
Tahun lalu, menjelang perayaan hari Valentine, banyak order perjalanan wisata yang dipesan dari wisatawan nusantara asal Jakarta, Solo, Surabaya, Yogya yang akan ke Toraja, Bulukumba, Malino dan sejumlah lokasi wisata lainnya di Sulsel.
“Tahun ini sejak awal Januari, banyak yang cancel karena harga tiket yang terus melambung, diperparah lagi dengan pemberlakuan bagasi berbayar,” ujar Didi.
Menyikapi keluhan tersebut, Didi mengaku telah berupaya me-lobby pihak airlines dan juga mengadu ke DPR Pusat, mana tahu bisa diberi kelonggaran harga tiket, tapi tidak ada respon.
“Pihak airlines selalu menjawab kenaikan harga tiket sudah menjadi keputusan Pusat, dan daerah hanya melaksanakan saja,” ungkapnya.
Travel di Makassar Beralih Jual Tiket Kapal Akibat Tiket Pesawat Mahal
Akibatnya, sudah ada beberapa travel di Kota Makassar yang beralih dari jualan tiket pesawat ke jualan tiket kapal laut yang perkembangannya mulai kembali menggembirakan.
Tiket kapal laut yang dijual umumnya melayani tour untuk Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur (NTT), Raja Ampat di Papua dan beberapa lokasi wisata bahari di Maluku dan Wakatobi, Sulawesi Tenggara. Sedangkan jenis kapal yang digunakan selain kapal milik Pelni juga ada perahu Phinisi bermesin.
Toko Souvenir Mulai Sepi Pembeli
Selain usaha traveling yang terancam gulung tikar, banyak usaha penjualan souvenir juga mengalami nasib sedih, karena sejak akhir tahun 2018 hingga saat ini mengalami sepi pembeli.
“Coba perhatikan tempat-tempat jualan souvenir yang ada di bandara Sultan Hasanudin Makassar, hampir semua sepi pembeli. Bahkan ruang tunggu penumpang di bandara juga sepi terus. Itu suasana yang memprihatinkan,” lanjut Didi.
Apa yang dituturkan Ketua Asita Sulsel itu sempat dicermati SERUJI. Ternyata penuturan Didi L Manaba itu dibenarkan beberapa pengelola toko suvenir di bandara Sultan Hasanudin.
“Sudah 2 bulan suasana sepi ini. Sepi karena penumpang dari kalangan wisatawan nusantara anjlok tajam akibat mahalnya harga tiket pesawat saat ini.” Jelas Andi Tenri pamasok minuman khas Markisa, dan Songko Bone yang diwawancarai SERUJI di depan Gate 5 Bandara Hasanudin.
“Kalau begini terus dalam sebulan ke depan, kami harus tutup toko ini. Soalnya sewanya mahal, pendapagan nggak imbang. Padahal gaji karyawan jalan terus,” sambung Syarif Daeng Lalo menambahkan.