KUPANG – Ketua DPRD Nusa Tenggara Timur Anwar Pua Geno mengimbau berbagai pihak mewaspadai NTT untuk dijadikan sebagai tempat transit narkoba jenis baru, yaitu flakka jenis kristal yang diselundupkan melalui beberapa negara tetangga untuk diedarkan ke berbagai daerah Indonesia.
“Semua pihak, terutama Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) Nusa Tenggara Timur harus waspada terhadap flakka, narkoba yang dampaknya lebih buruk karena 100 kali lebih keras dari heroin,” kata Anwar di Kupang, Jumat (28/7).
Menurutnya, NTT berbatasan langsung dengan Timor Leste, dan Australia yang sangat potensial untuk dijadikan tempat perlintasan oleh sindikat narkoba, kemudian mendistribusikan ke daerah lain di Indonesia.
“Selain letaknya yang strategis, faktor pendukung yang semakin menguatkan kemungkinan NTT dijadikan daerah transit adalah aspek sosial dan ekonomi masyarakat setempat belum stabil dan matang, sehingga mudah untuk dipengaruhi demi meningkatkan kesejahteraaan,” jelas Anwar.
Ia mengatakan saat ini kondisi masyarakat Timor Leste dan NTT yang hampir sama yaitu masih dibelit kemiskinan karena minimnya sumber daya alam menjadi ‘lahan’ untuk dijadikan sebagai tempat transit barang haram tersebut.
“Kondisi seperti ini sangat memudahkan para sindikat merekrut warga setempat untuk menjadi kurir dengan iming-iming uang untuk meningkatkan taraf hidupnya,” ujar Anwar.
Makin rawannya NTT sebagai daerah perlintasan, juga dilihat dari kondisi personil serta sarana dan prasarana yang minim. Fakta tersebut tentunya menyulitkan aparat keamanan dalam melakukan pengawasan.
“Meskipun NTT bukan daerah konsumsi dan produsen narkoba, tetapi bisa saja menjadi daerah yang strategis bagi para sindikat asal negara tertentu untuk menyelundpkan narkoba,” katanya.
Kerawanan NTT sebagai daerah perlintasan narkoba sindikat internasional dibuktikan dengan ditangkapnya beberapa kurir narkoba di wilayah tersebut.
“Dengan ditangkapnya delapan kurir narkoba yang membawa total narkoba jenis shabu-shabu dari Timor Leste sebanyak 11,9 kilogram tiga tahun terakhir,” katanya lagi.
Bukan cuma itu, Anwar menjelaskan, BNNP NTT, juga sebelumnya BNN, berhasil mengungkap jaringan narkoba internasional yang menggunakan jalur perbatasan NTT-Timor Leste sebagai jalur transit narkoba ke Indonesia.
Narkoba yang masuk ke Indonesia itu, berasal dari India yang dikirim melalui Singapura-Dili Timor Leste-Kupang dan seterusnya dikirim ke Surabaya dan Jakarta.
“Dari hasil penangkapan itu, BNNP berhasil mengamankan barang bukti sabu-sabu sebanyak 11 kg, dan enam pelaku pengedar narkoba yang sudah ditetapkan sebagai tersangka kini sementara menjalani hukuman masa tahanannya,” jelasnya.
Dia juga menyebut pada Maret 2016 Faizal dan Yudi, dua pengedar narkoba jenis sabu-sabu di Kalabahi, Kabupaten Alor, NTT, ditangkap BNN, 24 Maret 2016 beserta 6 paket sabu-sabu siap edar seberat 5,2 gram merupakan bukti bahwa NTT rawan peredaran Narkoba. (HA)
Narkoba jenis baru, flakka. Astaghfirullaahal’adziim….