NUSA DUA – Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo meminta perbankan untuk lebih banyak melakukan sekuritisasi Kredit Pemilikan Rumah (KPR) melalui instrumen pasar modal, agar likuiditas perbankan dapat lebih terjaga untuk mengekspansi penyaluran kredit.
“Kami bandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, sepeti Thailand, Malaysia, sekuritisasi di Indonesia masih sangat rendah”, kata Mardiasmo dalam Seminar PT. Sarana Multigriya Finansial “2017 ASEAN Fixed Income Summits” (AFIS) di Nusa Dua, Bali, Rabu (7/9).
Mardiasmo mengatakan banyak perbankan masih tampak enggan melakukan sekuritisasi aset untuk KPR. Padahal, lanjut dia, KPR yang mempunyai segmen untuk masyarakat menengah ke atas seharusnya dapat dilakukan sekuritisasi karena risikonya lebih kecil sehingga dapat memikat investor dan likuiditasnya dapat disalurkan ke sektor lain.
“Dengan sekuritisasi, nanti perbankan akan dapat dana segar lagi. Sehingga nanti lebih banyak pembiayaan yang disalurkan”, ujar dia.
Wamenkeu menuturkan sekuritisasi KPR, diantaranya dengan cara penerbitan Efek Beragunan Aset – Surat Partisipasi (EBA SP) yang dapat menjadi cara alternatif untuk memenuhi kebutuhan pendanaan bagi kebutuhan perumahan masyarakat. Saat ini, kekurangan kebutuhan perumahan bagi masyarakat (backlog) adalah 11,4 juta unit.