Seharusnya, imbuh Fahira, penyampaian informasi saat kondisi tidak normal seperti pemadaman massal listrik yang tiba-tiba kemarin harus mempunyai strategi dan menajemen atau sering disebut komunikasi krisis.
“Ini agar semua informasi, kebijakan, dan tindakan yang dilakukan PLN untuk menangani krisis yang terjadi akibat bencana semuanya terukur dan tepat serta membuat publik terutama mereka yang terdampak tenang dan merasa terlindungi.” tuturnya.
Salah satu strategi yang harus ditempuh, ungkap Fahira, adalah keseragaman informasi, data dan menetapkan satu orang juru bicara. Lewat juru bicara inilah semua informasi terkait sebab pemadaman dan penangannya disampaikan ke publik.
Akibat banyak yang berkomentar, baik dari PLN maupun institusi diluar PLN, dinilai telah membuat publik bingung.
“Terlalu banyak ‘mulut’ baik dari PLN maupun institusi diluar PLN yang bersuara mengenai sebab pemadaman. Ini menjadi persoalan karena informasinya berbeda-beda,” tukasnya.
Fahira mencontohkan soal institusi yang dengan yakin mengatakan blackout akibat pohon sengon, tetapi kemudian diragukan dan dibantah oleh institusi lainnya.
“Belum lagi soal pemadaman lanjutan dan bergilir yang informasi tidak komprehensif di mana saja. Ini semua membuat publik semakin kecewa terhadap kinerja PLN. Saya minta PLN segera perbaiki pola komunikasinya,” pungkasnya.