JAKARTA, SERUJI.CO.ID – Ketua Persaudaraan Alumni 212 (PA 212), Slamet Ma’arif menganggap tidak tepat pernyataan Ketua Umum Partai Demokrat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menyebut politik identitas sebagai persoalan dalam perpolitikan di tanah air saat ini.
“Kurang pas. Indonesia itu negara identitas, jadi politik identitas sudah ada dari dulu,” kata Slamet lewat pesan tertulis saat diminta tanggapan oleh SERUJI terkait pernyataan SBY, Senin (12/11).
Disampikan pria yang juga juru bicara Front Pembela Islam (FPI) ini, bahwa kemerdekaan Indonesia diraih karena para pejuang juga membawa identitas atau nilai-nilai agama Islam.
“Pejuang kita membawa nilai-ilai agama dalam perjuangan, bahkan Bung Tomo dengan kalimat Takbir menggerakan arek arek Suroboyo,” ujarnya.
Menurut Slamet, agama sebagai identitas jangan dipisahkan dengan politik, karena justru dengan agama lah politik lebih bersih dan terarah.
“Nilai-nilai agama harus menjadi pondasi perpolitikan Indonesia karena negara berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa,” katanya.
Ditegaskan Slamet, perkembangan politik identitas saat ini tidak perlu dipermasalahkan, karena itu sudah bagian dari sejarah Indonesia.
“Tidak perlu ada yg dikhawatirkan. Politik identitas harus,” pungkasnya.
Sebelumnya, SBY saat memberi sambutan dalam pembekalan calon anggota legislatif (caleg) DPR RI Partai Demokrat di Hotel Sultan, Jakarta, Sabtu (10/11), menyinggung soal politik identitas di Indonesia.
Menurut Presiden ke-6 RI ini, politik di Indonesia saat ini telah mengalami perubahan, dimana mengemukanya politik identitas atau politik yang terpengaruh dengan ideologi dan paham ekstrem.
“Sejak berlangsungnya Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu, saya berani mengatakan bahwa politik kita telah berubah, berubah adalah makin mengemukanya politik identitas, atau politik SARA dan politik yang sangat dipengaruhi oleh ideologi dan paham,” kata SBY.
Pada kesempatan tersebut, SBY juga menyampaikan harapannya agar Pemilu 2019 mendatang berlangsung damai dan demokratis.
“Inilah harapan kami, Demokrat tidak ingin kontestasi Pilpres dan Pileg tahun depan yang prosesnya sudah berlangsung sejak sekarang ini tidak menimbulkan perpecahan bangsa, tidak mengarah ke disintegrasi, tapi kerukunan dan persatuan bangsa kita. Menangis kita kalau itu terjadi,” tukas SBY. (ARif R)
identitas mayor vs identitas minor
bagi yg minor itu tidak menguntungkan
tapi lucunya yg mayor ikutan…
identitas itu hanya memperkuat saja tidak perlu dilarang atau dikhawatirkan ini, demokrasi ujung2nya tetap beridentitas…
kalo tidak beridentitas/ berideologi, semua partai gabung aja jadi satu…