MENU

Legislator PKS Ungkap Penderitaan Muslim Uighur Lebih Berat dari Palestina

JAKARTA, SERUJI.CO.ID – Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Al Muzzammil Yusuf mengungkapkan penderitaan Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang, China, lebih berat dibandingkan penderitaan Muslim di Palestina.

“Penderitaan Muslim Uighur lebih berat daripada Palestina. Israel masih membolehkan Muslim Palestina beribadah menjalankan shalat maupun puasa, tapi di China malah dilarang,” ujar Al Muzzammil dalam konferensi pers yang diselenggarakan Aksi Cepat (ACT) di Jakarta, Sabtu (12/1).

Al Muzzammil mengatakan Israel tidak melarang adanya Al Quran di rumah ataupun yang berbasis aplikasi. Kondisi itu berbeda dengan yang terjadi di Xinjiang yang mana, Muslim Uighur yang ketahuan memiliki Al Quran di rumahnya atau di ponsel maka dibawa ke kamp penahanan.

Pemerintah China beralasan bahwa kamp tersebut merupakan kamp pelatihan keahlian, padahal kata Muzammil kamp tersebut adalah ruang penahanan yang mana para tahanannya dicekoki paham komunis.

Baca juga: Polemik Muslim Uighur, GP Ansor Tak Setuju Pelabelan Pemerintah Tiongkok Anti-Islam

“Telah terjadi pelanggaran HAM, yang berdasarkan catatan PBB ada sekitar atau juta orang yang ditahan di kamp itu. Tapi kami yakin lebih dari itu,” ujar Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Bidang Politik Hukum dan HAM ini.

Untuk itu, ia mendesak Pemerintah Indonesia meminta kejelasan tentang kamp itu pada pemerintah China karena itu merupakan pelanggaran HAM yang luar biasa beratnya.

“Kami mendesak pemerintah untuk meminta kejelasan pada pemerintah China,” tegasnya.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Majelis Nasional Turkistan Timur (Uighur), Seyit Tumturk, mengatakan selama ini pemerintah China mengingkari adanya kamp itu. Namun setelah adanya desakan PBB dan Ini Eropa, akhirnya mereka mengakuinya.

Baca juga: Tiga Masjid Muslim Hui Disegel Pemerintah China

Begitu juga ketika masyarakat Indonesia melakukan aksi, Duta Besar China di Indonesia langsung mendatangi ormas-ormas Islam untuk memberikan penjelasan.

“Diperkirakan ada sekitar tiga juta Muslim Uighur yang ditahan,” kata Tumturk.

Tak hanya orang dewasa, anak-anak Muslim Uighur juga dicekoki dengan ajaran komunis. Sejak kecil, anak-anak Muslim Uighur diajarkan berbahasa, berpakaian, dan berperilaku seperti layaknya orang China.

“Sekitar 90 persen masjid di Xinjiang sudah dihancurkan. Hanya sedikit yang dibolehkan berdiri,” kata Tumturk.

Juru Bicara Amnesti Internasional Indonesia, Haeril Halim mengatakan apa yang terjadi di Xinjiang merupakan pelanggaran hak asasi.

Baca juga: IKADI Desak Pemerintah Ambil Langkah Konkret terkait Penindasan Muslim Uighur

“Mereka dibawa kamp, tidak bisa berkomunikasi, jika ketahuan berkomunikasi maka akan mendapatkan tindak kekerasan,” kata Haeril.

Amnesti Internasional mendapatkan laporan dari diaspora Muslim Uighur yang melaporkan hilangnya keluarga mereka di Xinjiang. Haeril mensinyalir bahwa terjadi juga pemantauan komunikasi yang dilakukan oleh pemerintah China.

“Selama ini kami kesulitan untuk masuk langsung ke Xinjiang, karena memang dibatasi oleh pemerintah China. Kami berharap diperbolehkan akses indipenden, bukan seperti yang terjadi saat ini yang mana pejabat maupun media tidak difasilitasi ke kamp Xinjiang oleh pemerintah China. Kalau seperti itu kesulitan mencari fakta sebenarnya,” pungkasnya. (Ant/SU05)

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER