JAKARTA, SERUJI.CO.ID – Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah meminta kepada seluruh umat Islam agar tidak terpancing dengan aksi sejumlah massa di Bali yang menolak kedatangan ustadz Abdul Somad.
Fahri pun tidak yakin, warga Bali secara umum menolak kedatangan ustadz kondang yang sering disapa UAS itu.
“Kultur Bali adalah majemuk dan mereka terbiasa menerima tamu sejak dulu. Ini pasti ada yang memprovokasi,” kata Fahri kepada SERUJI melalui pesan singkat, Ahad (10/12).
Fahri mengingatkan kejadian serupa yang pernah dialaminya di Manado, Sulawesi Utara beberapa waktu lalu. Saat itu sekelompok ormas mendemo dan menghadangnya masuk kota, bahkan ormas tersebut melakukan sweeping hingga masuk ke apron Bandara.
Padahal dia datang atas undangan resmi Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey yang juga merupakan sahabat lamanya.
“Sama, waktu itu juga ada yang provokasi,” kata Fahri sambil menjelaskan bahwa dirinya juga punya darah keturunan Karangasem, Bali.
Dalam dunia overconected di mana masyarakat terhubung satu sama lain tanpa batas akibat revolusi industri telekomunikasi, mengharuskan negara untuk mengambil ruang mengisi percakapan publik.
“Pemimpin harus hadir dengan narasi kebangsaan yang melampaui percakapan publik, percakapan publik sebagai keniscayaan demokrasi harusnya bisa distrukturisasi oleh negara jika pemimpin memiliki narasi kebangsaan yang kuat. Tidak hadirnya pemimpin yang memiliki narasi yang kuat membuat percakapan publik mengarah ke chaos” ujar Fahri.
Sementara itu terkait maraknya ormas yang meminta para ulama untuk melakukan sumpah setia kepada NKRI, Fahri menanggapi, hal tersebut akibat absennya negara.
“Tidak ada hak ormas meminta para guru kita untuk menunjukkan kesetiaan pada NKRI, kesetiaan pada NKRI bukanlah sesuatu yang deklarator dan simbolik. Kesetiaan itu terkait keyakinan paling dalam dari seseorang. Umat Islam jangan diajarkan tentang cinta tanah air, karena darah syuhada telah memerahkan lautan dalam memperjuangkan kemerdekaan,” tegas politisi dari Partai Keadilan Sejahtera ini.
“Tidak boleh ada kelompok masyarakat yang mengambil peran negara untuk menjadi ideological dan represif state aparatus,” imbuhnya.
Untuk itu Fahri menekankan, umat Islam sebagai umat pertengahan jangan ikut-ikutan terprovaksi.
“Saya imbau umat Islam, juga Ustadz Abdul Shomad, agar tetap sabar. Tunjukkan bahwa kita tidak akan terpancing,” pungkasnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, ustadz Abdul Somad datang ke Pulau Bali dalam rangka menjalani sejumlah safari dakwah. Namun, ia berhadapan dengan massa penolak yang menamakan diri Komponen Rakyat Bali (KRB), pada Jumat (8/12).
KRB yang didominasi organisasi kemasyarakatan (ormas) Laskar Bali, Patriot Garuda Nusantara (PGN), Padepokan Sandi Murti, dan Banaspati itu berunjuk rasa di halaman Hotel Aston Denpasar, tempat Ustadz Somad menginap. Mereka berorasi menolak kehadiran ustadz Abdul Somad. Bahkan ada yang merangsek masuk ke dalam hotel tersebut.
Informasi dihimpun, mereka mengkritik gaya ceramah ustaz Abdul Somad yang dianggap cenderung mengkafir-kafirkan agama lain.
Selain itu, mereka juga menuding ustaz Abdul Somad adalah dedengkot penyebar ajaran khilafah yang juga terlibat aktif dalam sejumlah gerakan umat Islam seperti Aksi 212 dan lainnya.
Tak lama kemudian, setelah mediasi dan negosiasi yang cukup panjang dan alot, akhirnya ustadz Somad diizinkan untuk menggelar safari dakwah di Bali. (Herdi S/SU02)