Pada Selasa (17/5), UAS bersama rombongan keluarga dan kerabat yang hendak berlibur, ditolak masuk ke Singapura karena da’i populer tersebut dianggap memiliki riwayat ajaran ekstremis yang tidak bisa diterima di Singapura.
Rombongan UAS itu tiba di Terminal Feri Tanah Merah Singapura pada Senin dari Batam. Setelah diperiksa, mereka dilarang memasuki Singapura dan ditempatkan di kapal feri kembali ke Batam pada hari yang sama.
Juru bicara Singapura mengatakan UAS telah dikenal menyebarkan ajaran ekstremis dan segregasi, yang tidak dapat diterima di masyarakat multiras dan multi-agama Singapura. Dia menambahkan bahwa UAS, di masa lalu, telah mengkhotbahkan bahwa bom bunuh diri adalah sah dalam konteks konflik Israel-Palestina, dan dianggap sebagai operasi “syahid”.
Dia juga membuat komentar yang merendahkan agama lain, seperti Kristen, dengan menggambarkan salib Kristen sebagai tempat tinggal “jin (roh/setan) kafir”. UAS juga secara terbuka menyebut non-Muslim sebagai kafir, yang dinilai sebagai tindakan intoleran yang tidak dapat diterima.
Atas pernyataan pemerintah Singapura tersebut, sang da’i kondang telah memberikan klarifikasi melalui Youtube Channel Ustadz Abdul Somad Official. Pada tudingan pertama, Somad menjawab, “Itu konteks di Palestina, ketika tentara Palestina tidak punya alat apapun untuk membalas serangan Israel. Dan itu bukan pendapat saya, saya menjelaskan pandangan para ulama. Dan pada saat itu saya menjelaskan sebagai jawaban atas pertanyaan jama’ah.”