
Oleh: Dr.Ir.Arman Hakim Nasution, M.Eng*)
Banyak opini bersliweran dalam merespon bencana banjir di Aceh dan Sumatra, termasuk didalamnya ada keinginan untuk memasukkan dalam status bencana nasional.
Status bencana nasional tersebut memiliki konsekuensi datangnya tim asing, beserta bantuan donasi Internasional ke Indonesia secara lebih bebas, dengan alasan kemanusiaan.
Belajar dari kasus Tsunami Aceh 2004, ternyata bantuan Internasional memiliki tujuan-tujuan tertentu, sesuai kepentingan negara/lembaga asing pemberi bantuan. Hal ini sudah dikaji mendalam di kelas-kelas Lemhanas.
Oleh karena itu, sebaiknya kita mempercayakan pada kemampuan diri sendiri untuk mengatasi bencana ini secara bersama-sama, sebagai sarana untuk penguatan Solidaritas Nasional.
Semua elemen, termasuk Perguruan Tinggi seperti ITS, melakukan penggalangan donasi. Tidak hanya itu, Rektor ITS juga memerintahkan dan mengumpulkan data dan mengontak mahasiswa asal Aceh dan Sumatra yang terdampak. Kebijakan diskresi diberikan kepada mereka, dengan membebaskan SPP, bantuan fasilitas belajar, hingga uang saku selama program pemulihan kedepan.
Cukup banyak mahasiswa Aceh yang studi di kampus ITS, sehingga di Unsyah Banda Aceh banyak sekali pejabat kampusnya yang alumni ITS.
Dan ini memperkuat kolaborasi antara kampus ITS, IKA ITS pusat, hingga IKA DPW Aceh untuk bergerak cepat.
Sebagai catatan, tanggal 9 Des hingga 14 Des, gabungan ITS, IKA, dan YMI (Yayasan Manarul Ilmi ITS) menuju ke Aceh, menyusul aksi yang dilakukan DPW IKA Aceh yang dimotori Alumni ITS di Kampus UnSyah.
Semangat kebersamaan ini juga didukung oleh semua kementerian, dengan dikeluarkannya anggaran darurat dari semua kementerian, termasuk Kemendiktiristek yang sifatnya mitigasi prediktif.
