Tidak disebutkan, apakah ratusan anak perusahaan Jawa Pos Group yang disebar di penjuru Indonesia, apakah “sudah inklud” di dalam saham holding PT Grafitti Press ini, atau anak-anak perusahaan itu murni milik Dahlan Iskan pribadi bersama para pimpinan Jawa Pos Group di daerah-daerah yang dipekerjakan Dahlan untuk membesarkan dinasti korannya.
Dominasi Azrul Ananda di Jawa Pos selama ini, melahirkan sisipan Deteksi di Jawa Pos, yang akhirnya ditutup. Juga pembangunan gedung DBL di depan Graha Pena, karena Azrul gemar basket, tapi gedung I ni dikabaran terus merugi.Termasuk hobi baru Azrul belakangan bersepeda, juga digelar event-event besar di Indonesia, yang dibiayai Jawa Pos dan sponsor. Termasuk juga keputusan Jawa Pos membeli klub sepakbola. Semua ini biaya besar, juga perlu ektra hati-hati, bagi group koran cetak yang lagi kehilangan trend nya. Masyarakat dengan cepat migrasi ke media online.
Mengutip sebuah sumber, wartaekonomi.co.id mengabarkan ada keraguan di shareholder untuk masa depan Jawa Pos apakah cukup dikendalikan Azrul, atau sudah waktunya digantikan “putra mahkota” yang lain, yang lebih mumpuni. Tinggal pilih saja. Ada Maesa putra almarhum Eric Samola. Atau Hidayat Jati, putra Gunawan Muhamad. Siapa pemenangnya? (dmr).
(ARif R)