MENU

Gus Luthfi: Dakwah Lewat Media Sudah Ada Sejak Jaman Rasulullah

SURABAYA, SERUJI.CO.ID – Pengasuh Pondok Pesantren Al Murtadla Al Islami, Singosari, Malang, KH. Luthfi Bashori mengatakan bahwa berdakwah melalui media sudah ada sejak zaman Rasululllah SAW.

“Waktu zaman Rasulullah penyebaran dakwah dan informasi sudah melalui lewat tulisan, yang sebelumnya disampaikan lewat lisan. Seperti surat-surat Rasulullah kepada pemimpin-pemimpin non muslim,” ujar KH Luthfi Bashori dalam Kajian Islam Bulanan di masjid Arif Nurul Huda, Polda Jatim, Surabaya, Sabtu (17/3).

Dalam kajian Islam bulanan yang mengusung tema “Berdakwah Lewat Media, mengabarkan yang baik dan memberangus hoax”, pria yang akrab disapa Gus Luthfi ini menyampaikan bagaimana gambaran sejarah penyebaran informasi di zaman Rasulullah kemudian berlanjut di era para sahabat (Khulafaur Rasyidin).

Menurut dia, di zaman Rasulullah SAW, proses dakwah juga dilakukan menggunakan metode lisan dan tulisan, dengan tata cara penyampaian yang baik dan indah, seperti halnya cara Al-Qur’an menyampaikan peringatan.

“Lihatlah kalimat dalam Surat Al-Qoriah, meskipun berisi peringatan tentang ancaman api neraka, tapi disampaikan dengan bahasa yang indah untuk dibaca dan didengar,” terangnya.

“Suatu saat Rasulullah SAW, bertemu dengan seorang kafir Quraisy, musuh nabi, yang dalam satu riwayat secara ringkas benci sekali pada nabi, kemudian dibacakan ayat-ayat al-Quran. Ringkas cerita, tatkala ia kembali ke komunitasnya kafir Quraisy, ia mengatakan: ‘saya ini tahu apa yang disampaikan Muhammad itu adalah suatu kebenaran’,” imbuhnya menceritakan.

Tak cuma media lisan, Nabi pun juga memanfaatkan media tulisan untuk menyebarkan pesan dakwahnya. Menurut Gus Luthfi, Nabi Muhammad SAW mulai beralih mengunakan model tulisan semenjak situasi sosial politik kota Madinah yang kondusif.

Rasulullah SAW mulai mengirimkan surat kepada beberapa kerajaan yang berdiri di sekitar kota Madinah, sebagai bentuk penyampaian pesan dakwah. Diantaranya Raja Herakliaus dari Kerajaan Binzantium di Eropa, surat diterima dengan baik, meski tak membuat rajanya memeluk ajaran Islam. Kemudian kerajaan Ethiopia di Afrika. Lebih dari sekedar menerima surat nabi dengan baik, Raja Negus memutuskan untuk memeluk ajaran Islam.

Nabi pun juga menerima respon yang begitu reaksioner dari Raja Kisra, penguasa Persia. Jangankan membacanya sampai selesai, surat kiriman dari Rasulullah SAW itu langsung dirobeknya.

“Karena dirobek-robek, maka Nabi berdoa ‘Semoga Allah merobek-robek kerajaannya.’ Tidak lama kemudian, jatuhlah Kerajaan Persia di zaman itu dengan keadaan yang porak poranda,” kata Gus Luthfi.

Pesan dakwah berlanjut hingga dizaman kekhalifaan para sahabat nabi. Di zaman kekhalifaan Abu Bakar as-Shiddiq ra, beberapa produk hukum yang bersumber dari Al-Qur’an sengaja ditaruh dalam bentuk tulisan.

Pada masa kekhalifaan Umar bin Khatab ra, model dakwah melalui media tulisan justru lebih dahsyat. Pada suatu ketika Sungai Nil menyebabkan banjir di negeri Mesir, Khalifah Umar kemudian menulis pesan dakwah di medium tulis, lalu disuruhnya seorang kurir untuk mengantarkan dan menceburkan surat tersebut ke dalam Sungai Nil. Keajaiban muncul, sungai mendadak surut dan bencana banjir teratasi.

“Yang kita lihat adalah idenya yang luar biasa, Sayidinna Umar sebaga khalifah, umat Islam dizaman itu sangat peduli dengan permasalahan sosial, seperti banjir pun ditangani walaupun dengan cara yang menurut kita aneh, yaitu menyurati Sungai Nil. Tapi itulah sejarah yang ditulis ulama ahli sejarah,” katanya.

Kisah lain mengenai model penyampaian dakwah dalam Islam juga muncul dari kisah ulama besar Imam Al-Gazhali. Gus Luhtfi menuturkan bahwa dalam pengasingannya, Al-Ghazali tak patah arang untuk tetap berdakwah, sehingga lahirlah kitab Al Ihya Ulumuddin.

Diketahui, Kajian Islam bulanan yang digelar Kantor Berita Umat SERUJI ini yang mengangkat tema “Berdakwah Lewat Media, kabarkan yang baik dan berangus hoax”, didukung oleh Polda Jatim dan Radio Suara Muslim.

Selain menghadirkan pembicara KH. Luthfi Bashori dari sisi ulama, juga menghadirkan pembicara dari sisi hukum, AKBP Ari Wahyudi, Bidang Teknologi Informatika Polda Jatim, dan Iptu Roni Faslah, Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jatim. Kemudian dari media oleh Ferry Koto, Pimpinan Umum SERUJI, dan Fajar Arifianto, mantan Komisioner KPI dan Dewan Redaksi Radio Suara Muslim Surabaya. (Luh/SU05)

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER