SURABAYA, SERUJI.CO.ID – Peneliti Centre For Statecraft and Citizenship Studies (CSCS) Universitas Airlangga, Rosdiansyah menangkap pesan utama dari buku “BOKO HARAM: The History of an African Jihadist Movement” bahwa pendekatan yang keliru diterapkan pemerintah suatu negara pada masyarakat akan berakibat fatal.
“Pola pendekatan terhadap masyarakat, ketika misalnya kasus-kasus ketika ditangkap oleh aparat, namun tak pernah jelas nasibnya bagaimana. Itu pesoalan keadilan, jadi pangkal munculnya kelompok ekstrem,” kata Rosdiansyah seusai acara bedah buku di Ruang Darussalam Masjid Al-Falah Surabaya, Sabtu (24/2).
Menurut pria yang memperoleh gelar Master of Arts (MA) di Institute of Social Studies (ISS), Den Haag Belanda ini, pendekatan yang digunakan pemerintah untuk menangani radikalisme akan sangat menentukan.
“Kalau pendekatan keliru, pendekatan kekerasan, pendekatan pura-pura, maka sudah bisa dipastikan muncul reaksi lebih keras, muncul rasa tidak percaya, itu saja. Pesan utama buku ini adalah tegakkan keadilan,” jelasnya
Dalam buku terbitan Princeston University karya Alexander Thurston ini, disebut bahwa awal kemunculan Boko Haram dari sebuah pengajian biasa di tahun 2000an, yang dicetuskan oleh Muhamad Yusuf, pria kelahiran tahun 1970.

Munculnya gerakan ini dikarenakan rezim Negeria Utara yang dipimpin oleh Abdul Salami Abu Bakar terlalu membatasi gerakan Muhamad Yusuf menerapkan syariat Islam di Nigeria Utara. Muhammad Yusuf dibantu oleh Abubakar Shekau melakukan perlawanan bersenjata menentang rezim.
Begitu masifnya persebaran ideologi salafi jihadis, tahun 2009 rezim yang merasa resah akan hal itu menangkap Muhamad Yusuf. Namun pendekatan yang keliru dari rezim justru membuat kematian Muhammad Yusuf menginspirasi banyak rakyat Nigeria melakukan perlawan pada pemerintah dengan bergabung bersama Boko Haram.
“Ini suatu kesalahan dari polisi Nigeria, Muhamad Yusuf dieksekusi di depan warga, itu menjadi catatan dan menjadi reaksi warga yang semula bersimpati pada Muhammad Yusuf, kini bersama-sama mengangkat senjata bergabung dengan Boko Haram,” pungkasnya.

Acara bedah buku ini diselenggarakan oleh gerakan Gotong Royong Muslim Untuk Media (GMKM), sebuah gerakan yang digagas oleh Ferry Koto, yang bertujuan untuk memberikan pencerahan (Media Literacy) dan menjadikan muslim Indonesia mayoritas penguasaannya dalam media (Media Ownership).
Melalui GMKM disepakatilah bentuk usaha bersama dibidang pers berupa Koperasi yang kemudian melahirkan Koperasi Swamedia Mitra Bangsa yang merupakan pemilik dari portal berita SERUJI.CO.ID. (Luhur/SU05)