JENEWA, SERUJI.CO.IDÂ – Badan Kesehatan Dunia (WHO) diberi lampu hijau oleh pejabat Republik Demokratik Kongo untuk mengimpor dan menggunakan vaksin Ebola percobaan di negara itu, kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Senin (14/5).
“Kami memiliki perjanjian, pendaftaran, ditambah izin impor. Semua sudah disetujui secara resmi. Semua sudah siap untuk benar-benar menggunakannya. Vaksinasi bisa dimulai pada Senin (21/5) depan,” kata Tedros kepada wartawan.
Vaksin itu, yang dikembangkan Merck pada 2016, terbukti aman dan efektif dalam pengujian pada manusia, tapi masih bersifat percobaan karena belum memiliki izin. Vaksin itu harus disimpan pada minus 60 hingga minus 80 derajat Celsius, menciptakan tantangan besar dalam perbekalan.
Suntikan vaksin itu, yang diuji di Guinea saat 2015 pada akhir wabah Ebola yang luas di Afrika Barat, dirancang untuk digunakan dalam apa yang disebut pendekatan “vaksinasi cincin”.
Hal ini berarti bahwa ketika kasus Ebola baru didiagnosis, semua orang yang mungkin telah terkena kontak dengan mereka baru-baru ini akan dilacak dan divaksinasi untuk mencoba dan mencegah penyebaran penyakit.
WHO mengatakan sebelumnya bahwa Republik Demokratik Kongo telah melaporkan 39 kasus Ebola yang dicurigai, kemungkinan atau dikonfirmasi antara 4 April dan 13 Mei, termasuk 19 kematian.
Pihaknya mengatakan bahwa 393 orang yang diidentifikasi sebagai pasien yang terkena kontak Ebola sedang ditindaklanjuti.
Tedros melakukan perjalanan ke Kongo selama akhir pekan dan terbang ke daerah terpencil, yang masih hanya dapat diakses dengan sepeda motor atau helikopter, di mana penyakit haemorrhagic yang mematikan telah mewabah.
“Berada di sana sangat, sangat penting. Jika seorang jenderal tidak bisa bersama pasukannya di garis depan, itu bukan jenderal,” katanya.
“Dan yang kedua adalah, terkait dengan Ebola, terdapat stigma. Kita harus pergi dan menunjukkan bahwa itu harus benar-benar berhenti. Dan jika terdapat risiko, hidupku tidak lebih baik dari siapa pun,” katanya.
Dia memuji pemerintah Kongo, termasuk Presiden Joseph Kabila yang dia temui selama perjalanannya.
Informasi tentang wabah di Bikoro, Iboko dan Wangata di Provinsi Equateur masih terbatas, demikian WHO, tetapi wabah tersebut kini tidak memenuhi kriteria untuk menyatakan “acara kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional”, yang akan memicu pembentukan komite darurat WHO. (Ant/SU02)