Fatwa menanamkan pendidikan politik dengan memegang teguh etik dan moral. Dia memaafkan penguasa Orde Baru Soeharto yang memenjarakannya bahkan mendoakannya. Fatwa menjenguk dan mencium kening Soeharto saat dirawat di RS Pertamina, lalu melayat dan mengantarkannya ke kuburnya di Mangadeg, Jawa Tengah.
Seiring dengan perubahan zaman, semakin banyak kalangan yang terbuka matanya tentang siapa sosok Fatwa sebenarnya. Saat penganugerahan gelar Doktor (Honoris Causa) dari Universitas Negeri Jakarta pada 16 Juni 2009, Wakil Presiden Jusuf Kalla saat itu memuji keteguhan hati atau konsistensi Fatwa dalam berpolitik.
Jusuf Kalla berpandangan bahwa sosok seperti Fatwa sudah sangat langka bahkan sudah tidak ada lagi. Ia mengandaikan dengan kebanyakan orang sekarang ini kalau digertak saja langsung berubah namaun Fatwa digertak apapun tetap konsisten meskipun penjara dan ancaman lain taruhannya.
Pengalaman Fatwa dapat dijadikan pelajaran bagi siapa saja yang konsisten dan yakin untuk memperbaiki kondisi bangsa ini.
Fatwa dikenal juga sebagai seorang pemikir, pekerja dan tokoh pendidikan. Ia membina Taman Kanak-Kanak melalui Yayasan Pendidikan Fatahillah sejak tahun 1973. Melalui yayasan ini pula Fatwa membina pengajian untuk pemberdayaan masyarakat miskin perkotaan. Perjuangannya dilanjutkan oleh istrinya, Nunung Nurjannah, selama Fatwa dipenjara.
Fatwa bersama Ali Sadikin juga merintis berdirinya Pondok Karya Pembangunan di Cibubur, sebuah yayasan yang kini telah menaungi pendidikan dari TK hingga perguruan tinggi dengan murid ribuan orang. Mendirikan Yayasan Ki Bahgus Hadikusumo, menjadi Dewan Pembina Yayasan Asrama Pendidikan Islam Al-Azhar Rawamangun yang didirikan tahun 1952.
Mendapatkan kemuliaan dengan memperoleh kepercayaan sebagai pimpinan lembaga negara dan berbagai gelar kehormatan, setelah belasan tahun dizalimi oleh rezim penguasa, merupakan muara dari catatan perjalanan hidup yang dia abdikan untuk bangsa dan negara.
Kini Fatwa telah berpulang dengan segala fatwa, nasihat, ajaran, dan pandangan serta konsistensinya yang dia tinggalkan untuk bangsa ini.
Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Sesungguhnya semua milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. (Budi Setiawanto/Ant/SU02)
