PEKANBARU – Kementerian Perdagangan melalui Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) kembali membuat gebrakan untuk meningkatkan ekspor nonmigas. Kali ini, para Atase Perdagangan (Atdag), Indonesian Trade Promotion Center(ITPC), dan perwakilan Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taiwan digembleng tentang strategi mengembangkan minyak sawit dan rantai pasok globalnya di Pekanbaru, Riau.
Dengan lokakarya khusus mengenai sawit ini, diharapkan seluruh Perwakilan Perdagangan Indonesia di luar negeri dapat memberikan pemahaman yang komprehensif tentang industri kelapa sawit Indonesia.
Lebih dari itu, diharapkan seluruh perwakilan perdagangan dapat menyusun suatu rencana spesifik dalam bentuk kertas kerja untuk mendorong kinerja ekspor sawit Indonesia di wilayah akreditasi masing- masing. Para Atase Perdagangan dan ITPC dituntut mampu memberikan argumentasi yang faktual atas berbagai kampanye negatif terhadap tentang sawit. Baik dari aspek lingkungan, kesehatan, kemitraan usaha, skema jaminan berkelanjutan, dan pengembangan investasi industri sawit ditingkat global.
“Strategi diplomasi minyak sawit sebagai bagian dari upaya pengembangan ekspor perlu diperkuat karena saat ini permasalahan dan tantangan yang dihadapi sektor sawit nasional sangat kompleks. Perwakilan Perdagangan Indonesia di luar negeri dituntut berperan secara proaktif, komunikatif, inovatif,dan promotif dalam menarasikan sawit Indonesia kepada seluruh pemangkukepentingan di wilayahnya,” jelas Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Kemendag Djatmiko Bris Witjaksono, Senin (27/2) di Pekanbaru, Riau.
Acara pembekalan ini dapat diselenggarakan atas kerja sama Kemendag dan Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) KelapaSawit. Narasumber yang terdiri dari berbagai pemangku kepentingan sektorsawit nasional, seperti Bayu Krisnamurthi selaku ketua umum Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia.
Sahat Sinaga dari Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI),Kanya Laksmi dari Gabungan Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Edi Suhardi dari Rountable on Sustainable Palm Oil (RSPO), Diah Suradiredja dari Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (Kehati), Aziz Hidajat dari sekretariat Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO), Basuki Sumawinata dari tim ahli gambut, Dharmono Tanuwiryono dari Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (Maksi), Prof. Sri Rahardjo dari peneliti Universitas Gadjah Mada, dan Freddy Widjaya dari Asian Agri.
“Saat ini, Indonesia masih menghadapi isu dampak kesehatan dari produk sawit dan turunannya, konservasi lahan, emisi gas rumah kaca dari kebakaran lahan sawit khususnya gambut, penguatan Indonesia Sustainable Palm Oil(ISPO), dan berbagai permasalahan lainnya. Lokakarya ini diharapkan dapat mendorong pengetahuan para Atdag dan ITPC dalam menjalankan fungsikerja sama, advokasi, promosi sektor sawit Indonesia di pasar global,”pungkas Djatmiko.
Disamping mendapatkan pembekalan secara komprehensif melalui lokakarya, para perwakilan perdagangan Indonesia di luar negeri juga melakukan kunjungan ke industri pengolahan minyak sawit untuk melihat secara langsung rantai pasok kelapa sawit. Mulai dari perkebunan, baik inplasma ataupun swadaya, fasilitas produksi dan pembibitan, fasilitas distribusi dan logistik,serta program kemitraan yang berjalan.
Nilai perdagangan minyak sawit Indonesia cukup besar. Pada 2016, nilai ekspor crude palm oil (CPO) mencapai USD 16,29 miliar. Indonesia juga merupakan negara eksportir CPO dan turunannya terbesar di dunia dengan pangsa hampirsebesar 50 persen. Negara tujuan ekspor utama adalah India, China, dan Pakistan dengan pangsa masing-masing sebesar 21,36 persen, 13,47 persen, dan 7,99 persen.
EDITOR: Rizky
Yg trpenting itu kualitas