PEKANBARU, SERUJI.CO.ID – Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau mempertimbangkan untuk menggunakan senapan bius guna menyelamatkan harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang terjebak dan berkeliaran di perkebunan sawit Kabupaten Indragiri Hilir.
“Opsi (penggunaan senjata, red.) bius dilakukan setelah kita yakin. Artinya data lapangan, posisi (harimau Sumatera, red.), bergerak ke mana, sudah kita ketahui,” kata Kepala Seksi Wilayah II BBKSDA Riau, Mulyo Hutomo, di Pekanbaru, Kamis (22/2).
Mulyo yang juga menjabat sebagai ketua tim penyelamat harimau itu, mengatakan hingga kini tim yang telah lebih dari satu bulan di lapangan dinilai telah mempelajari pola pergerakan harimau betina remaja itu.
Penggunaan senjata bius, menurut dia, merupakan pilihan terberat dan rencana terakhir itu dapat dilakukan dalam waktu dekat.
Sebelum menjatuhkan dengan penggunaan bius, BBKSDA Riau bersama polisi yang tergabung dalam tim penyelamat harimau Sumatera telah berupaya memasang perangkap-perangkap berbentuk kotak besi.
Setidaknya terdapat enam perangkap yang dipasang dengan masing-masing di antaranya berisi kambing jantan serta babi hutan.
Namun, upaya-upaya itu gagal. Dua ekor harimau betina dewasa masing-masing bernama Boni dan Bonita, masih berkeliaran di perkebunan sawit PT Tabung Haji Indo Plantation (THIP). Di lokasi itu, seorang karyawan bernama Jumiati meninggal dunia dengan kondisi mengenaskan awal Januari 2018.
Perempuan berusia 33 tahun tersebut diserang Bonita saat bekerja di KCB 76 Blok 10 Afdeling IV Eboni State, Desa Tanjung Simpang, Pelangiran, Indragiri Hilir.
“Bius itu letaknya ketika semua sudah dilakukan,” ujarnya.
Dia menuturkan nantinya penggunaan senjata bius akan dilakukan oleh tim khusus, yang berbeda dengan tim yang telah berada di lapangan selama hampir dua bulan tersebut.