MEULABOH, SERUJI.CO.IDÂ – Masyarakat nelayan di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh dalam suasana pergantian musim angin laut (pancaroba) sehingga berdampak pada rendahnya produksi perikanan tangkap di perairan setempat.
Panglima laot (ketua pemangku adat laut) Kabupaten Aceh Barat, Amiruddin, di Meulaboh, Rabu (4/4), mengatakan, dalam istilah nelayan Aceh saat ini terjadi “Meureubot ikue timue dan ule barat” (perebutan akhir angin timur dan memasuki angin barat).
“Saat kondisi seperti ini ikan-ikan bernilai ekonomis sulit ditemukan, ikan ada, tapi sudah hijrah ke tengah laut, karena pada jarak tertentu gelombang tinggi dan air laut keruh. Biasanya kondisi seperti ini dapat memicu ketinggian gelombang 3 – 5 meter,”sebutnya.
Pemangku adat laut di daerah setempat berharap agar nelayan dengan armada kecil tetap waspada dan berhati-hati, tidak lupa membawa bahan bakar minyak lebih banyak dari biasanya, kemudian membawa alat komunikasi serta bekal yang lebih.
Menjadi kebiasaan saat musim seperti ini ada nelayan yang terkadang dilanda musibah seperti kecelakaan di laut ketika memaksa berlayar pada jarak tertentu, apalagi dengan kapasitas armad yang di bawah 10 grosstonage(GT).
Meski demikian, kata Amir, kondisi cuaca ekstrem ini diperkirakan tidak berlangsung lama, biasanya pancaroba bagi nelayan ini hanya berlangsung 20 hari, setelah memasuki musim angin barat maka kondisi perairan setempat akan kembali kondusif.
“Biasanya ada 10 hari, ada juga sampai 20 hari sampai selesai masuk pada satu musim angin. Kondisi seperti selalu terjadi setiap tahun dan nelayan kita sudah tahu hal ini. Dampaknya memang akan berpengaruh pada kenaikan harga ikan,”sebutnya.
Lebih lanjut disampaikan, pemangku adat laut akan selalu memantau dan berkomunikasi dengan nelayan, bila terjebak saat badai dan bakat (gelombang) di tengah laut, nelayan diminta tidak memaksa berlayar, tapi mencari tempat berteduh di pulau-pulau terdekat.
Dalam satu pekan ini harga jual ikan segar di pasar Meulaboh, Kabupaten Aceh Barat sudah menunjukkan kenaikan hampir rata-rata 30 persen untuk semua jenis komoditas ikan segar hasil tangkapan nelayan lokal.
“Harga ikan mengalami kenaikan sebesar 30 persen atau naik sebesar Rp10 ribu per kilo untuk beberapa jenis ikan segar. Kenaikan sudah terjadi sejak tiga hari terakhir karena pasokan terbatas,”Adi (42) pedagang eceran di pasar ikan Meulaboh.
Jenis ikan yang naik seperti kembung dari Rp35.000/kg naik menjadi 45.000/kg, sardencis dari Rp20.000/kg naik menjadi Rp30.000/kg, tongkol dari Rp20.000/kg menjadi Rp30.000/kg, termasuk jenis ikan karang dari Rp60.000/kg naik menjadi Rp70.000/kg. (Ant/SU02)