KENDARI, SERUJI.CO.ID – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sudah mengingatkan warga Sulawesi Tenggara agar mewaspadai gelombang tinggi dan angin kencang. Instansi terkait di daerah ini juga sudah minta warga hati hati berenang dan menyelam dj pantai yang landai. Pasalnya, beberapa pantai arusnya sedang deras dan menghanyutkan.
Anehnya semua peringatan itu terkesan dianggap enteng saja. Buktinya sejumlah lokasi wisata pantai di Sulawesi Tenggara, pada libur akhir tahun ini, Ahad dan Senin, ramai dikunjungi pelancong.
Wisatawan nampak bersukaria di pantai sambil berenang, menyelam, dan menikmati olahraga air. Besok di hari pertama 2019 pantai pantai wisata di Sultra juga masih akan ramai dikunjungi wisatawan lokal.
Pengamatan SERUJI, Senin (31/12), sedikitnya 6 lokasi wisata pantai di sekitar Kendari dikunjungi banyak wisatawan. Keenam lokasi itu yakni Pulau Bokori, Toronipa, Nambo, Taipa, Teluk Gong dan kawasan wisata religi Masjid Al Alam di Teluk Kendari.
Lokasi wisata religi Masjid Terapung Al-Alam, Kendari, dipenuhi pengunjung karena baru dibuka untuk umum dan akan dijadikan lokasi zikir akbar pada malam tahun baru.
“Karena itu kami ingin tahu dan kemari melihat dari dekat pesona Al-Alam. Ternyata betul indah, menarik, tapi anginnya kencang. Kopiah saya sudah melayang diterbangkan angin,” ujar Badjuri Baedawi (60) warga Gresik, Jawa Timur yang sedang liburan di rumah anaknya di Kemaraya, Kendari.
Hal berberda di Wakatobi, obyek wisata pantainya malah relatif sepi. Tidak seramai biasanya.
“Pada musim liburan seperti sekarang, (biasanya) banyak warga ke pantai. Namun di ujung 2018 ini sepi karena sekarang sedang musim angin kencang dan ombak besar,” kata Bupati Wakatobi, Arhawi ketika dihubungi SERUJI pertelpon, Senin (31/12).
Menurut Arhawi, jika musim angin kencang, warga Wakatobi tidak berani berlama lama di laut, berenang atau menyelam, karena beresiko. Apalagi pihak BMKG juga sudah mengingatkan warga Wakatobi untuk mewaspadai gelombang tinggi.
“Makanya semua objek wisata pantai di Wakatobi sepi. Bila ingin bepergian ke Kendari, warga tidak berani naik kapal kayu yang tarifnya memang relafif murah, tetapi pakai pesawat terbang. Transportasi itu dipilih karena gelombang tinggi bisa 6 meter,” ujar Arhawi.
Berbeda lagi di Kabupaten Konawe Timur. Pantai Taipa yang landai, Senin (31/12) dikunjungi ribuan pelancong dari berbagai kota. Aparat kepolisian dan anggota tim SAR (Searh and Rescue) berjaga jaga di bibir pantai.
Tahun lalu akibat gelombang besar ada beberapa warga yang berenang terbawa arus hingga ke laut dalam. Untungnya masih bisa diselamatkan.
“Tapi hari ini pengunjung bandel dan tidak menghiraukan peringatan bahaya gelombang tinggi,” ujar Samsudin dari SAR Konawe yang mengaku sangat cemas melihat gaya wisatawan bandel.
Wahyudi, Ketua SAR Sultra malah mencatat 30 kasus akibat gelombang tinggi dan angin kencang selama 2018. Tahun 2017 malah lebih banyak mencapai 63 kasus.
Dari 30 kasus kecelakaan laut tahun ini, 624 orang yang jadi korban. Sebagian besar korban akibat terbawa arus gelombang besar selama mandi mandi di pantai, 8 hilang dan 14 orang meninggal.
“Mudah mudahan tahun ini aman aman saja. Itu makanya kami menugasi banyak petugas SAR di pantai pantai wisata di Sultra,” tambah Wahyudi. (AH/Hrn)