KENDARI, SERUJI.CO.ID – Akibat masih tingginya praktek pembalakan liar dan perladangan berpindah-pindah, serta penambangan nikel ilegal, tercatat ratusan hektar areal hutan di Sulawesi Tenggara (Sultra) kini rusak parah. Kondisi itu sekaligus menyebabkan Kota Kendari dan beberapa daerah lain di Sulawesi Tenggara menjadi langganan bencana alam banjir dan tanah longsor.
Areal hutan yang kondisinya sekarang rusak parah, menurut Kepala Bidang Perlindungan Hutan Dinas Kehutanan Sultra, Yasir Samsu, tersebar di 700 titik dalam wilayah 11 kabupaten, meliputi Bombana, Konsel, Kolaka, Konawe, Konawe Utara, Kolaka Utara, Buton Utara, Muna, Buton, Baubau dan Kendari.
“Luas hutan yang rusak mencapai ratusan hektar. Memprihatinkan sekali karena tahun 2018 merupakan tahun terparah rusaknya hutan di Sultra akibat pembalakan, perladangan berpindah pindah dan praktek eksplorasi tambang secara ilegal,” ujar Yasir Samsu di Kendari, Jumat (25/1).
Yasir menjelaskan, kepastian rusaknya areal hutan di 11 kabupaten itu dipantau langsung 4 satelit khusus, yakni SNPP LAPAN mendata kerusakan hutan di Sultra bagian barat sebanyak 210 titik, NOAA ASMC mencatat 115 titik dari Sultra timur, Terra Aqua Lapan mencatat 168 titik dari Sultra utara dan Terra Aqua Nasa mencatat lebih 170 titik dari Sultra selatan.
Sementara itu sejumlah mahasiswa Universitas Halu Oleo, Kendari, yang tergabung dalam kegiatan pecinta alam dan hutan Sultra, dipimpin Mahmud Sajang, kemarin melaporkan ke Dinas Kehutanan Sultra dan instansi terkait lainnya tentang cukup luasnya areal hutan di Konawe Kepulauan yang rusak akibat penebangan liar.
Selain itu di kawasan kota Kendari sendiri, kata Mahmud ada kawasan hutan mangrove di Teluk Kendari yang sudah digunduli penebang liar.
“Kayu kayu bakau di hutan mangrove ditebangi untuk dimanfaat sebagai bahan bangunan, sedangkan lahan hutan yang dibikin botak disiapkan untuk lahan usaha. Hal seperti ini kami laporkan agar ditertibkan,” jelas Mahmud seraya menambahhkan bahwa lokasi hutan mangrove yang digunduli itu terletak di sekitar pinggir jalan utama menuju Mesjid Terapung Al Alam, Kendari.
Yasir Samsu segera meminta bantuan pihak berwajib, dibantu aparat terkait di Dinas Kehutanan Sultra menertibkan praktek penggundulan hutan Mangrove di Teluk Kendari serta kawasan hutan lainnya di Sultra. (AH/Hrn)