KENDARI, SERUJI.CO.ID – Cuaca ekstrim yang ditandai dengan gelombang tinggi dan tiupan angin kencang disertai petir, juga hujan deras yang sifatnya dadakan memaksa sedikitnya tiga pelabuhan besar di Sulawesi Tenggara tutup untuk sementara.
Akibat itu sejumlah penumpang kapal laut tujuan Kolaka-Bajoe, Wakatobi-Kendari dan Baubau-Surabaya harus bersabar, karena baru akan diberangkatkan bila cuaca sudah normal. Ada juga penumpang yang beralih ke angkutan udara meski dengan ongkos tiket yang mencekik.
Tiga pelabuhan yang ditutup sementara waktu adalah pelabuhan Murhum, Baubau, pelabuhan Kolaka dan pelabuhan Pangulubelu, Wangi wangi, Wakatobi.
“Kalau cuaca sudah normal pasti pelabuhan difungsikan lagi seperti biasa,” ujar Abdul Rahman, Kepala Pelabuhan Pangulubelu, Wakatobi, Kamis (24/1).
Abdul Rahman menambahkan akibat penutupan sementara, kerugian yang diderita cukup besar karena arus penumpang kapal laut sedang banyak, begitu juga arus muatan sedang berlimpah tujuan Kendari, Makasar, Kupang, Surabaya dan Balikpapan.
Abdul Rahman tidak bisa memperkirakan kapan cuaca akan normal. “Soalnya pantauan cuaca langsung diberikan pihak BMKG Pusat, jadi kami menunggu saja kabar baik dari BMKG Pusat,” ujarnya.
Penjelasan serupa juga disampaikan Kepala Pelabuhan Murhum Baubau, Irfan Jayadinata. Kepada SERUJI yang menghubunginya pertelepon, Kamis (24/1) siang, Irfan mengaku lalu lintas angkutan penumpang dari Baubau selalu ramai baik untuk tujuan Jawa-Sumatera maupun Maluku dan Papua.
Saat ini, kata Irfan, masih ada kapal-kapal Pelni yang sedang sibuk menaik-turunkan penumpang dan muatan di pelabuhan Murhum. Khusus untuk kapal Pelni yang berukuran besar tidak diberlakukan larangan pelayaran karena bodinya tinggi dan punya mesin cadangan.
Kalau kapal kecil kata Irfan lagi, dilarang berlayar karena dikuatirkan hanya akan mendapat bahaya di laut. “Tinggi gelombang bisa 4 meter dan angin meniup sampai 25 knot. Itu sangat membahayakan kapal kecil,” jelas Irfan.
Di Kolaka tinggi gelombang perairan Teluk Bone, seperti dijelaskan Hasfar selaku Kepala Tata Usaha Pelabuhan Kolaka, juga tinggi, mencapai 4 meter dan angin meniup kencang hingga 27 knot. Akibatnya, kapal feri jurusan Kolaka-Bajoe distop sampai keadaan normal. Kalau jurusan Kolaka-Siwa tidak dilarang karena perairannya relatif aman.
Hasfar mengaku perairan Teluk Bone dikenal juga deras arusnya, sehingga resiko bahaya bagi kapal kayu dan feri menjadi bertambah saat gelombang tinggi dan angin kencang.
“Hampir setiap tahun ada kapal yang tenggelam di Teluk Bone. Tahun ini mudah mudahan tidak ada. Makanya kapal untuk jurusan Bajoe tidak diizinkan berlayar selama cuaca ekstrim. Mudah mudahan minggu depan sudah normal,” kata Hasfar. (AH/Hrn)