SERUJI.CO.ID – “Kok saya jadi gemuk dan buncit sekarag dokter?” kata seorang pasien suatu sore di ruang praktik, seperti bertanya dan agak heran. Belum sempat saya menjawab, Ibu muda ini sudah melanjutkan keheranannya, saya hanya makan sedikit dokter, segini saja, sambil menunjukkan genggamannya.”
Pasien, yang masih berusia 32 tahun dan tenyata baru punya 2 anak putri ini, cukup lama bercerita tentang perutnya yang mulai membesar itu. Seperti ingin meyakinkan saya bahwa dia benar-benar makan sedikit, berulang kali dia menunjukkan genggamannya, bahwa dia makan nasi sebanyak ujung genggamannya itu.
Lalu, sambil berdiri pasien yang masih muda dan cantik itu, memperlihatkan perutnya.
“Ini dokter, perut saya sudah besar, apalagi kalau dilihat dari samping di depan kaca, kelihatan sekali dokter”, ungkap pasien denga mimik yang sangat khawatir dengan penampilan perutnya yang seperti itu.
Saya tidak tahu pasti apa yang menyebabkan dia cemas seperti itu. Biasanya tidak lebih dari persoalan kecantikannya, tubuh yang tidak seksi lagi. Jarang saya mendengar dari pasien, bahwa kekhawatiran perut yang semakin membuncit itu berhubungan dengan ancaman kesehatannya.
Saya lihat sepintas memang perutnya menonjol, bahkan jauh lebih maju ke depan dari dadanya yang kelihatan juga besar. Lipatan-lipatan kulit berlemak yang tebal juga sangat jelas terlihat dari luar bajunya
Nah, sehubungan dengan keluhan ini, saya juga heran, kalau memang dia makan hanya segenggam nasi seperti yang dicontohkannya, mengapa dia bisa segemuk itu, bisik saya dalam hati.
“Berapa kali Anda makan dalam sehari?” tanya saya.
“Makan nasi 2-3 kali dokter, bahkan bisa kurang. Kadang-kadang saya tidak sarapan atau tidak makan malam dokter,” jawab pasien.
“Anda tidak makan yang lain?” tanya saya lagi.
“Kalau yang lain pasti ada dokter”, ujarnya, setelah agak lama memikirkan jawabannya.
“Makan apa saja? Dan, kalau minum, suka minum apa juga ?” sambung saya.
Pasien kelihatan agak ragu menjawab, barangkali mencoba mengingat makanan dan minuman yag selama ini dikonsumsinya.
“Aduh, dokter, kalau makanan-makanan cemilan, kue, gorengan, kerupuk-kerupuk, dan semacam itu saya doyan sekali. Minuman yang manis, minuman kaleng, soda hobi saya dokter, dan saya belum merasa puas kalau habis makan tidak minum minuman seperti itu. Bahkan kalau sedang nonton TV, gorengan satu piring, kerupuk satu mangkok, atau apapun yag ada di atas meja waktu itu, habis saya makan dokter,” ungkap pasien.
“Jadi, Anda menganggap itu semua bukan sebagai makanan, yang dapat membuat Anda semakin gemuk?” tanya saya.
“Hmmm, saya pikir begitu dokter,” ujar pasien sambil senyum.
Ya, banyak pasien lain beranggapan seperti itu. Hanya nasi yang menyebabkan seseorang menjadi gemuk, mau makan yang lain boleh-boleh saja. Bahkan, bila makan di luar, apapun bentuknya kadang-kadang tidak ada pengaruhnya. Minuman seperti teh manis, juis, minuman kaleng, dianggap juga demikian.
Padahal, apapun yang masuk ke dalam mulut, kemudian ditelan, selain air putih, dapat membuat seseorang jadi gemuk, karena, semua makanan, minuman itu adalah sumber enerji tubuh.
Dan, ingat di manca negara seperti Amerika, Canada, Eropa penduduknya hanya sedikit mengonsumsi nasi, makanan pokoknya adalah roti, kentang. Ternyata angka penduduk yang obes tinggi sekali. Begitu juga sebagian penduduk Afrika yang mengonsumsi jagung, ubi, singkong sebagai makanan pokoknya.
Nah, mengapa seseorang bisa gemuk?
Secara gamblang, bila enerji, atau tenaga, kalori yang masuk lebih besar dari kalori yag digunakan, atau kalori keluaran, maka berat badan anda akan bertambah. Sebagai contoh sederhana, andaikan tubuh itu dapat diibaratkan sebuah mobil, bila bahan bakar yang Anda isi melebihi yang digunakan, maka bahan bakar itu akan melimpah dari tanki mobil Anda.
Sayangnya, itu kalau mobil, bila kita, manusia, kelebihan energi dari makanan yang kita konsumsi, tubuh tidak akan membuangnya begitu saja, malah menyimpannya. Tubuh menyimpannya, salah satunya dalam bentuk lemak yang menumpuk di rongga perut Ibu itu.
Energi itu bisa diperoleh darimana dan dari apa saja. Setiap yang masuk ke dalam mulut kita, kecuali air putih, dapat menjadi sumber energi, dan menjadi saham perut semakin buncit Saya mencoba menerangkan dengan sederhana.
“Jadi, anda gemuk, perut membuncit, prinsipnya terjadi karena itu, Anda makan sedikit sekalipun, bila melebihi kebutuhan yang diperlukan, apapun alasannya, maka Anda lama-lama akan gemuk,” celoteh saya sambil mengukur lingkaran pinggangnya yang sudah mencapai lebih dari 90 cm.
hhmmmm, ini bukan mulai besar lagi, tetapi memang sudah sangat besar, gumam saya dalam hati.
(Hrn)