MENU

Membaca Pesan Raja Arab (Bagian-1)

Oleh: Abdul Gani

Selama tiga hari kunjungan resminya di tanah air, Raja Salman bin Abdul Aziz menjadi bahan pembicaraan dan sorotan media massa. Media umumnya memberitakan terkait sambutan luar biasa rakyat Indonesia terhadap sang raja, penandatanganan nota kesepakatan kerjasama kedua negara, tentang isi pidato sang raja, juga liputan kegiatan beliau di tanah air. Sebagai tamu dan seorang muslim yang baik, tampaknya Raja Salman mengerti benar bagaimana menempatkan diri dan berinteraksi dengan negara saudara seimannya ini.

Lebih jauh, Raja Salman ternyata juga selalu mengikuti perkembangan yang terjadi di negara kita. Hal ini disampaikan Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi dalam sebuah wawancara di stasiun TV swasta nasional. Beliau mengatakan, “Sebagai pemimpin negara Islam dan pelayan dua tanah suci bagi umat Islam seluruh dunia, Raja memperhatikan benar segala permasalahan dan kondisi umat Islam di dunia, tidak ada yang luput dari perhatiannya apalagi Indonesia, sebagai sebuah negara yang dekat di hati beliau dan negara yang berpenduduk muslim terbesar di dunia.”

Dari sini kita bisa menangkap, bahwa apa yang terjadi di Indonesia terhadap mayoritas penduduknya umat Islam, terhadap kitab sucinya Al-Qur’an, terhadap kondisi ekonomi, politik dan kedaulatan dari negara saudaranya ini, tidak luput dari perhatian beliau dan bahkan menjadi perhatian beliau yang utama.

Maka kemudian menjadi menarik bagi umat Islam di Indonesia, untuk berusaha menangkap atau membaca pesan dari saudara seimannya ini, Raja Salman bin Abdul Aziz Al Saud. Tentu bukan sekedar pesan yang bersifat verbal, apalagi ditengah situasi kontradiksi sekarang yang tidak menguntungkan. Namun yang tidak kalah penting adalah kemampuan membaca pesan raja yang bersifat non verbal, yang pula menjadi ciri khas dari bangsa Arab.

Bagi seorang muslim yang terbiasa mematuhi perintah Tuhannya. Yang perintah Tuhannya pertama kali turun adalah surat Al Alaq ayat 1-5 tentang perintah membaca. Maka membaca adalah sebuah aktivitas rutin bagi seorang muslim sejak dini, yang aktivitas ini bermanfaat langsung bagi peningkatan kualitas keilmuannya dan juga kuaitas keimanannya.

Perintah Tuhannya untuk membaca terutama membaca kitab suci Al-Qur’an, akan sangat bermanfaat bagi kehidupannya dan menjadi solusi permasalahannya di dunia dan akherat. Yang dimaksud tentu saja bukan sekedar membaca rangkaian huruf tanpa makna. Karena dalam kehidupan nyata, yang dimaksud membaca tentu dengan mengetahui artinya dan memahami maknanya, sehingga isi pesannya dapat diterima dan ditindaklanjuti oleh si penerima pesan.

Membaca juga bagi seorang muslim tidak saja dikaitkan dengan pesan verbal dalam kitab suci, buku atau ucapan. Tapi juga dikaitkan dengan pesan non verbal yang Allah perlihatkan dalam bentuk ciptaan-Nya, baik pada diri ciptaan-Nya maupun pada kondisi kehidupan ciptaan-Nya.

Perhatikan di banyak tempat dalam Al-Qur’an, Allah berulang kali menarik perhatian kita dengan mengkaitkan pesan-pesan syari’at-Nya dengan ayat-ayat penciptaan-Nya. Dalam surat Al Buruj misalnya, Allah kaitkan pesan larangan-Nya untuk jangan mendustakan Al-Qur’an, jangan pula memfitnah, menyiksa dan membunuh orang-orang yang beriman, karena mudah bagi Allah menurunkan adzab-Nya baik di dunia maupun nanti di akherat. Dengan mengkaitkan pesan tersebut pada ayat-ayat penciptaan-Nya, berupa langit yang Dia ciptakan mempunyai gugusan bintang. Juga berupa makhluk ciptaan-Nya yang lain, yang turut serta menyaksikan dan menjadi saksi atas peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia.

Dalam surat yang lain, yaitu surat Al Fajr ayat 1-14 misalnya, Allah kaitkan pesan larangan-Nya terhadap penguasa yang dzolim kepada Allah dan dzolim kepada rakyatnya. Larangan-Nya terhadap penguasa yang suka berbuat sewenang-wenang terhadap rakyatnya, sehingga timbul banyak kerusakan di muka bumi. Maka meski dia punya bala tentara yang banyak seperti Fir’aun, fasilitas gedung-gedung yang tinggi seperti kaum ‘Aad, dan kekuatan fisik yang besar seperti kaum Tsamuud, tidak akan bermanfaat sedikitpun menghadapi pedihnya cemeti adzab dari Tuhan.

Lalu Allah ingatkan dan kaitkan pesan tersebut dengan ayat-ayat penciptaan-Nya. Dan Dia bersumpah dengan ciptaan-Nya itu. Bahwasanya Dia mampu dan telah menciptakan waktu. Dia ciptakan hari-hari yang ganjil dan hari-hari yang genap dalam kehidupan manusia. Allah ingatkan bahwa waktu itu meski ada awalnya seperti fajar, juga akan ada akhirnya seperti malam. Dan waktu hidup bagi seorang yang dzolim juga pasti akan berlalu.

(Bersambung)

Allahu a’lam bishowwab. Walhamdulillahi Rabbil ‘Aalamiin.

*Penulis adalah pengasuh majelis taklim Roihatul Jannah dan Ketua Pengurus Daerah (Pengda) Gerakan Muslim Kuasai Media (GMKM) Yogyakarta

EDITOR: Iwan Y

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER