Begitu pula Grab dan Gojek telah memiliki kapitalisasi pasar lebih besar yaitu masing-masing Rp20 triliun dan Rp38 triliun mengalahkan Blue Bird dan Garuda Indonesia yang memiliki kapitalisasi pasar masing-masing Rp9,8 triliun dan Rp12,3 triliun.
Hal ini juga terjadi pada online travel agent, seperti Traveloka bisa bernilai sekitar Rp15 triliun mengalahkan perusahaan travel agent besar di Indonesia yang memiliki kapitalisasi kurang dari Rp1 triliun.
Melihat tren dunia tersebut, menurut Arief Yahya, maka jelas industri pariwisata nasional harus mengambil peluang dari munculnya “sharing economy” untuk menyatukan dan mengolaborasikan seluruh elemen Pentaheliks (akademisi, pelaku bisnis, komunitas, pemerintah, dan media) dalam payung Indonesia Incorporated.
“Untuk itulah Kemenpar sejak tahun lalu berinisiatif mengembangkan Indonesia Travel Exchange (ITX) sebagai platform online travel agent (OTA) B to B yang dapat digunakan oleh setiap pelaku industri atau komunitas untuk menempatkan inventori yang dimiliki dan kemudian dapat digunakan untuk menawarkan paket-paket wisata kepada para travellers di seluruh dunia,” kata Arief Yahya.
Dalam platform sharing atau platform market place tersebut pelaku industri pariwisata atau komunitas sebagai pemasok dapat menginformasikan apa yang dimiliki dan dapat digunakan, dan traveller dapat melakukan ‘look-book-pay’ secara mudah, murah, dan cepat.
Menpar memberi contoh Trip Advisor dan Ctrip.com sebagai misal platform look.
“Booking.com dan Traveloka.com adalah contoh platform book, sedangkan Alipay dan Paypal adalah contoh platform pay,” katanya. (Ant/SU03)