Ditulis berdasarkan pengalaman pribadi dr. Yogi Prawira, SpA
SERUJI.CO.ID – Pagi itu bus yang kami tumpangi melaju menuju Eagle Point. Melintasi gurun menuju salah satu dari 7 keajaiban dunia, yang berada di Amerika Serikat.
“Tujuan kita kali ini ada Grand Canyon sisi barat, dahulu merupakan wilayah kekuasaan suku Indian Hualapai. Jika beruntung dan cuaca baik, kita bisa naik helikopter dan terbang di antara ngarai dan lembah yang menakjubkan,” Tour guide menjelaskan.
Pikiran saya melayang, teringat kisah Winnetou –salah satu dari sekian banyak bacaan saya semasa kecil (I was a bookworm, and still am). Tentang ras berkulit merah tembaga, yang dahulu menghuni lembah ini. Hidup damai dan menyatu dengan alam. Dari kisah fiksi itu saya belajar tentang kejujuran, kesetiakawanan serta rasa bangga dan cinta tanah air.
Saya berharap bisa bertemu dengan suku asli Benua Amerika, dalam balutan baju dan tutup kepala yang khas. Dengan tatapan mata setajam elang, dan sikap tubuh yang menunjukkan harga diri dan kebanggaan…
Kenyataan selalu tidak seindah angan-angan. Sepanjang perjalanan, saya melihat deretan Caravan di tepi kiri-kanan jalan, tampak usang dan tidak terawat.
“Itu apa? Siapa yang tinggal di sana?” ujar saya ingin tahu.
“Oh, ini lokasi tempat tinggal keturunan suku Indian. Mereka pemalas dan sulit berbaur dengan masyarakat Amerika,” ujar tour guide berkulit putih itu sambil lalu.
Saya terhenyak, merasakan ada sesuatu yang mengganjal.
Jadi bingung dgn yg tersinggung dgn kata pribumi ….
Keren tulisannya
Tak disangka….mak jlebbss bacanya.Salah jurusan kaleeesss…he..
Renyah dok tulisannya….
Menarik sekali Dok… boleh lah dikirim lagi artikel perjalanan yg lain juga