KOTA BANJAR, SERUJI.CO.ID – Difleri kembali mewabah di Indonesia. Kementrian Kesehatan bahkan sudah menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB), karena penyakit mematikan yang disebabkan bakteri Corynebacterium Diptheriae. Ini telah memakan puluhan korban jiwa setidaknya di 24 provinsi. Tak terkecuali di Kota Banjar, Jawa Barat. Sebanyak tiga pasien susfect difleri dirawat diruang isolasi RSUD kota Banjar.
Sedikitnya tiga orang warga Banjar terifeksi virus difteri. Ketiga warga tersebut kini tengah berada di ruang isolasi RSUD Kota Banjar untuk mendapatkan perawatan medis secara khusus.
Wakil Direktur RSUD Kota Banjar DR. Nono menuturkan, bahwa ada tiga pasiennya yang terinfeksi difteri. Ketiga pasien ini berusia dewasa, pasien belum positif, masih susvect.
Ketiga pasien itu DH (15) Warga Cikabuyutan Timur, Kelurahan Hegarsari, kecamatan Pataruman, kota Banjar, DH usai berlibur dari luar kota. Tt (43) warga Lingkungan Pintusinga, Kelurahan Banjar, Kecamatan Banjar, Kota Banjar, Tt tidak pernah bepergian keluar kota pada saat-saat ini.
Sementara pasien terakhir belum diketahui identitas nya dikarenakan baru masuk UGD RSUD Banjar.
“Kami tengah mempersiapkan tim khusus untuk melakukan perawatan dan pengobatan bagi pasien yang terinfeksi difteri di ruangan isolasi karena dikhawatirkan akan menular,” ujarnya, kepada SERUJI, Rabu (10/1).
Sementara menurut Nono, penyebaran bakteri difteri melalui air liur, ciri-cirinya demam, pusing, sesak napas, sakit tenggorokan, dan adanya jamur di bibir. Jika merasakan gejala seperti itu segera periksakan ke RSUD terdekat, untuk penanganan khusus.
Bakteri difteri ini bisa mengancam nyawa si pasien. Diakibatkan bakteri bisa masuk ke jantung. Sementara itu pemerintah kota banjar akan mengantisipasi terjadinya penularan, dengan melakukan vaksin difteri kepada warga banjar.
“Kita akan bekerjasama dengan dinas kesehatan dan puskesmas untuk melakukan himbauan kepada masyarakat, hidup sehat, dengan mencuci tangan sebelum makan, menutup hidung dan mulut menggunakan masker saat batuk atau flu, agar tidak terjadi penularan,” tandas Nono. (Degum/Hrn)