JALUR GAZA – Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan bahwa penambahan waktu pemadaman listrik akan mengancam terhentinya layanan dasar di Jalur Gaza, apalagi penduduk di wilayah Palestina yang terkucil itu disandera oleh pertikaian politik antara kelompok Hamas dan Fatah.
Warga Gaza saat ini hanya mendapatkan suplai tiga sampai empat jam listrik sehari, yang dikirim dari pembangkit listrik di wilayah sendiri dan yang lainnya dari Israel dan Mesir.
Pada Ahad lalu (11/6), kabinet Israel telah memutuskan untuk mengurangi pasokan listrik ke Jalur Gaza antara 45 dan 60 menit sehari setelah Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas memotong pembayaran listrik untuk Gaza dari anggaran Otoritas Palestina yang berbasis di Tepi Barat.
Langkah tersebut secara luas dilihat sebagai upaya Abbas untuk meningkatkan tekanan pada gerakan Hamas yang berkuasa di Gaza.
Kepala Koordinator Bantuan Kemanusiaan PBB di Palestina, Robert Piper, mengingatkan konsekuensi buruk akibat pengurangan pasokan listrik di Gaza. Kebijakan sepihak Israel ini dapat berdampak pada 2 juta warga Palestina yang mendiami Gaza.
“Penambahan waktu pemadaman akan menyebabkan terhentinya total layanan dasar, termasuk fungsi penting di sektor kesehatan, air dan sanitasi,” kata Piper dalam sebuah pernyataan yang dikutip AlJazeera, Kamis (15/6).
“Orang-orang di Gaza seharusnya tidak disandera pada perselisihan internal Palestina yang sudah berlangsung lama ini,” katanya.
Amnesty International memperingatkan dalam sebuah pernyataan terpisah tentang bencana kemanusiaan. Pengurangan pasokan listrik akan berdampak buruk dengan rusaknya infrastruktur di Gaza dan menyebabkan bencana kesehatan masyarakat.
Langkah ini juga akan membahayakan ribuan nyawa termasuk pasien rumah sakit dengan kondisi kronis atau dalam perawatan intensif, termasuk bayi yang berada dalam penanganan khusus.
Perwakilan Hamas mengatakan pemotongan tersebut dilakukan atas perintah Presiden Abbas dan menyebutnya sebagai bencana.
“Keputusan ini memperburuk situasi dan berisiko kehancuran di Jalur Gaza,” katanya pada hari Senin (12/2).
Hamas telah menguasai Gaza sejak 2007, dengan merebut wilayah tersebut dari gerakan Fatah yang dipimpin Abbas dalam sebuah pemilihan parlemen yang dimenangkan oleh Hamas pada tahun sebelumnya.
Beberapa upaya rekonsiliasi antara gerakan Fatah dan Hamas telah gagal, namun Otoritas Palestina terus membayar Israel untuk pasokan sejumlah listrik yang dikirim ke Gaza.
Adanya tambahan waktu pemadaman listrik di Gaza ini menimbulkan kekhawatiran akan meningkatnya kekerasan di wilayah tersebut. (M.Gauzal/IwanY)