Samuel Wattimena: Kain Tenun Khas Bima Disukai Turis Mancanegara
JAKARTA, SERUJI.CO.ID – Desainer kondang Samuel Wattimena menilai pemerintah jarang sekali mempromosikan kain tenun khas Bima, padahal turis mancanegara menyukai tenun Bima. Buktinya jika menggelar festival busana khas Nusantara, Samuel menuturkan selalu saja banyak turis yang menanyakan apakah tenun Bima ikut ditampilkan.
“Kalau saya jawab banyak motif tenun Bima ditampilkan, turis langsung borong beberapa lusin dan mereka minta dikirim ke Paris, Belanda juga Amerika. Bahkan ada artis Hollywood pesen tenun Bima di butik saya…,” tutur Samuel Wattimena saat dihubungi SERUJI pertelepon, Selasa (16/4).
Menyadari potensinya yang jago promosi kain tenun khas Bima, Kementerian Pariwisata kini menggandeng desainer pemakai kacamata minus 3,5 ini.
Desainer yang pernah bersama wartawan SERUJI dipercaya jadi juri Festival Film Usmar Ismail di Jakarta ini menuturkan bahwa Menteri Pariwisata Arief Yahya meminta ia terus mempromosikan tenun Bima.
Samuel Diminta Menpar Promosikan Tenun Bima ke Mancanegara
“Menpar Arief Yahya minta saya terus mempromosikan tenun Bima karena beberapa hal, diantaranya agar tenun Bima bisa dipakai banyak wisatawan mancanegara, juga agar semakin banyak wisman ke Bima, Nusa Tenggara Barat,” terangnya.
Samuel sendiri mengaku senang dapat kepercayaan seperti itu dari Menpar. Kebetulan ia juga senang melancong ke beberapa negara.
“Jadi, sambil melancong ke negara negara sahabat, juga mempromosikan tenun nusantara, khususnya tenun Bima,” ujarnya.
Festival Lawata Untuk Perkenalkan Tenun Bima
Baru baru ini, selama 3 hari mulai dari tanggal 6 April, Samuel juga menggelar Festival Lawata di Kota Bima. Diluar perkiraan, festival itu sukses. Ukuran suksesnya bukan saja karena banyak wisman datang menyaksikan langsung Festival Lawata itu di kota kecil Bima, tapi juga pemesanan bayar tunai tenun Bima yang dilakukan wisman.
Dalam Festival Lawata itu, Samuel menampilkan beberapa busana baru khusus untuk muslim. Ia juga membawa 5 orang model Ibu Kota berlenggak lenggok di catwalk. Hasil akhirnya menggembirakan. Missi Samuel membuat wisman kagum kain tenun Bima berhasil. Pihak Kemenpar juga puas.
“Busana muslim yang saya tampilkan bisa menjadi alternatif dalam berhijab dengan bahan dasar tenun Bima. Sehingga para desainer muda memiliki inspirasi untuk mengolah tenun menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih,” kata Samuel Wattimena.
Ia juga menilai, keunggulan kain tenun Bima terletak pada ciri khas dari proses menenun. Prosesnya seperti disungkit, sehingga menimbulkan efek di permukaan kain yang dihias. Tetapi belakangnya tidak tembus.
“Gaya berbusana di Kota Bima memadupadankan dengan bahan tafetta yang diproses kembali dengan teknik crinkle. Warna kain tenun Bima juga eye catching memadupadankan warna komplimenter dan warna primer sesuai budaya di sini cenderung menyukai warna terang,” jelasnya.
Samuel berharap, Festival Lawata bisa menginspirasi dan memacu para penenun setempat agar memanfaatkan tenun untuk kegunaan lainnya. Jadi tidak hanya untuk fashion saja, tetapi juga bisa untuk tas dan barang-barang lainnya.
“Ini tantangan tersendiri bagi pemerintah, untuk mengubah pola pikir masyarakat bahwa tenun bisa menjadi lahan wirausaha yang ternyata sangat menguntungkan dan berpotensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat di Kota Bima,” tukasnya.