JAKARTA – Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta, Kamis (7/9) pagi, bergerak menguat tipis sebesar sembilan poin menjadi Rp13.324 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.333 per dolar Amerika Serikat (AS).
“Dolar AS melemah seiring dengan aksi jual pelaku pasar yang merespon negatif atas sikap dovish pejabat The Fed menjadi faktor yang menopang mata uang rupiah”, kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis (7/9).
Di sisi lain, ia menambahkan bahwa harga minyak dunia yang stabil juga turut menopang mata uang berbasis komoditas seperti rupiah. Terpantau harga minyak jenis WTI Crude berada di level 49,08 dolar AS per barel, dan Brent Crude di posisi 54,11 dolar AS per barel.
“Selain faktor kenaikan harga minyak, situasi geopolitik Korea yang masih panas juga turut memicu aksi jual dolar AS”, katanya.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa pernyataan The Fed dimana laju inflasi Amerika Serikat yang masih tertahan juga turut membuat aset-aset berdenominasi dolar AS menjadi kurang menarik untuk diakumulasi.
“Inflasi AS yang tertahan akan membuat The Fed semakin ragu menaikan suku bunganya. Di sisi lain, permintaan atas mata uang hard currency yang bersifat safe haven selain dolar AS turut berimbas cukup negatif pada dolar AS dan berdampak positif pada rupiah,” katanya. (Ant/Frdn)