SURABAYA, SERUJI.CO.ID – Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengajak Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) untuk memberantas penyakit sosial di tengah masyarakat yang semakin meresahkan, salah satunya kasus minuman keras oplosan di sejumlah daerah.
“Harus diberantas sampai tuntas penyakit sosial, khususnya minuman keras oplosan yang akibatnya membuat orang meninggal dunia,” ujarnya kepada wartawan di Kantor Gubernur Jatim di Surabaya, Jumat (27/4).
Menurut dia, kasus minuman keras oplosan yang terjadi, khususnya di Surabaya beberapa waktu lalu membuatnya miris dan mengajak semua pihak memeranginya agar tidak lagi muncul korban jiwa.
Kasus minumam keras oplosan ini, kata dia, merupakan anomali, yang mana saat pemerintah dan seluruh pihak berusaha untuk memperkuat agama dan sosial di tengah masyarakat, tapi di sisi lain penyakit sosial juga masih terjadi.
“Ini semua peran orang tua dan Forkopimda harus lebih ditingkatkan lagi untuk mengatasi penyakit ini. Mari bersinergi untuk memberantas penyakit sosial ini,” ucapnya.
Pakde Karwo, sapaan akrabnya, mengaku yakin jika para ulama dan umarah (pemerintah) kompak untuk memberantasnya maka akan ada jalan dan langkah agar peredaran minuman keras oplosan tak terjadi kembali.
“Harus dipikirkan, bagaimana baiknya dan langkah-langkahnya. Apakah para penjual dan pemilik pabrik oplosan itu bisa diberikan pencerahan untuk tidak mengulang lagi perbuatannya, ataukah bagaimana. Saya yakin ada jalannya,” kata orang nomor satu di Pemprov Jatim tersebut.
Sementara itu, pihak Kepolisian Daerah Jawa Timur dan jajarannya terus berupaya untuk mencegah, salah satunya dengan gencar melakukan operasi untuk minuman keras oplosan, terlebih memproduksi tanpa izin dengan skala besar walau hanya sekelas kampung seperti yang terjadi di Tuban, di Kediri.
Kapolda Jatim Irjen Pol Machfud Arifin menyatakan polisi lebih mengedepankan pencegahan sehingga selalu berkoordinasi dengan pihak lain, seperti kejaksaan itu bersama-sama melakukan pencegahan.
Kepala Humas Rumah Sakit Umum Dr Soetomo Surabaya dr Pesta Manurung mengungkapkan, hingga Rabu (25/4), terdapat delapan orang yang meninggal dunia akibat menuman keras dan 14 orang lainnya harus mendapat perawatan intensif. (Ant/SU02)