GRESIK – Kandungan tambang emas di bumi Indonesia yang cukup banyak, membuat para investor asing melirik kekayaan alam Indonesia yang melimpah. Mereka ingin mendirikan industri yang bergerak di sektor tersebut. Kabarnya, saat ini sudah ada dua perusahaan raksasa dari dua negara yang tertarik menancapkan investasinya untuk mendirikan pabrik smelter di Indonesia. Kedua negara tersebut adalah, Perancis dan Kerajaan Arab Saudi.
“Setahu kami dua negara itu getol bisa masuk ke Indonesia untuk mendirikan pabrik smelter,”ungkap Ketua Serikat Pekerja Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (SP FSPMI) PT Smelting Indonesia, Zaenal Arifin, Selasa (28/2).
Melihat potensi tambang emas di Indonesia yang begitu melimpah, maka di Indonesia membutuhkan banyak pabrik smelter (pemurnian). Sedikitnya, Indonesia harus berdiri 6 pabrik smelter untuk menampung dan memurnikan emas dari hasil tambang di beberapa wilayah.
Menurut dia, perusahaan raksasa tersebut melirik beberapa tambang emas yang berada di luar Papua, yang sekarang tengah dikelola oleh PT. Freeport Indonesia. Lokasi tambang emas yang dilirik di antaranya di Kabupaten Banyuwangi, Bengkulu, Bali, Wonogiri, Jawa Barat, Martabe, Sumut, dan lainnya.
“Potensi kandungan emas di bumi Indonesia yang melimpah ruah ini membuat investor asing berlomba-lomba bisa masuk ke Indonesia, seperti Perancis dan Arab Saudi,” terang Zaenal. Karena itu, kalau sampai PT Freeport Indonesia nantinya tidak menyetujui kontrak kerja sama dengan Indonesia untuk pengelolaan tambang emas di bumi Papua, kemudian perusahaan asal Amerika Serikat itu hengkang, pemerintah tidak akan risau. Mengapa? ” Sebab, banyak negara lain yang berebut masuk ke Indonesia untuk mengelola tambang emas,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, kondisi tersebut juga akan berdampak positif terhadap pengurangan angka pengangguran di Indonesia yang jumlahnya saat ini masih tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2016 pengangguran masih mencapai 7,03 juta jiwa. Nantinya jika di Indonesia sudah berdiri sedikitnya 6 smelter, maka dibutuhkan lapangan pekerjaan sebanyak 30 juta orang. Itu belum termasuk lapangan pekerjaan di industri baru setelah berdirinya smelter.
“Kan rumusnya setiap berdiri pabrik smelter di sekitarnya akan ada pabrik pupuk, semen, dan tembaga. Pabrik-pabrik itu menampung limbah atau bahan yang bisa dimanfaatkan untuk produk seperti konsentrat dan lainnya,” terang Zaenal Arifin.
EDITOR: Rizky