SOLO, SERUJI.CO.ID – Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir mendorong perguruan-perguruan tinggi di Indonesia menerapkan perkuliahan dengan sistem daring atau online. Hal ini, merupakan sebuah tuntutan dari berkembangnya teknologi dan informasi di era revolusi industri 4.0 (dunia keempat).
“Selama ini (perkuliahan) kita tidak bisa berhenti pada perkuliahan face to face saja,” ujar Menristekdikti pada wartawan di Kota Solo, Jawa Tengah, Sabtu (25/2).
Perkembangan teknologi dan informasi mampu memberi dampak pada berkembangnya sistem perkuliahan. Lebih-lebih teknologi memungkinkan pendidikan dilakukan tanpa batas (borderless).
Nasir menerangkan, pengaplikasian perkuliahan daring sekaligus mampu mengatasi keterbatasan jumlah dosen. Pada perkuliahan tatap muka, kata dia, rasio dosen 1 berbanding 30 mahasiswa (untuk bidang eksakta). Sedangkan pada bidang sosial rasio mahasiswa 1 dibanding 40.
“Sedangkan jika menggunakan perkuliahan daring, satu profesor bisa menjangkau 1.000 mahasiswa. Rasionya tak terbatas,” bebernya.
Untuk menjamin kualitas perkuliahan daring, Kemenristekdikti bakal membentuk sistem cyber university sebagai pedoman yang bisa diikuti oleh perguruan-perguruan tinggi di Indonesia.
“Supaya mutu tidak ada bedanya antara perkuliahan face to face dengan distance learning,” tutup M. Nasir. (Vita Kurnia/SU05)