MENU

Keindahan Asmat Terkoyak Campak dan Gizi Buruk

JAKARTA, SERUJI.CO.ID – Sejauh mata memandang dari pesawat, seolah melihat lukisan di atas kanvas berupa daratan yang dipenuhi hijau pepohonan yang dibelah sungai yang berkelok-kelok.

Keindahan lain terlihat, ketika menginjak kaki di Ibu Kota Kabupaten Asmat, Agats, langsung disuguhi pemandangan yang tidak pernah ada di kota lainnya di wilayah Indonesia.

Rumah, pasar, kantor, jalan yang semuanya dibangun di atas panggung. Di sana tidak ditemukan jalan beraspal seperti kota-kota lainnya, tapi berupa jalan papan kayu dan ada yang sudah berbeton yang di atas panggung dan lebarnya tidak lebih dari tiga meter.

Tidak ada mobil dan angkutan lainnya, hanya-hanya motor-motor listrik yang menjadi alat transportasi warga serta perahu yang menghubungkan antarwilayah.

Namun dibalik keindahan itu semua, ada kejadian luar biasa yang mengoyak itu semua, dimana ratusan warga terserang penyakit campak dan gizi buruk.

Sebanyak 68 anak dilaporkan meninggal dunia.

Pastur Hendrik Huda, yang mendampingi Tim Kantor Staf Presiden (KSP) mengungkapkan wilayah di Kabupaten Asmat hampir 90 persen tertututup air dan semua warganya yang tersebar di 23 distrik (kecamatan) ini hidup di pinggir sungai.

“Sebagian besar mereka hidup dan makan dari alam, yakni mencari ikan dan sagu. Bahkan mereka sering meninggalkan rumahnya dengan perahu dayung bersama keluarganya menyusuri sungai dan membuat kubuk kecil untuk tinggal untuk mencari makan. Pola hidup ini yang membuat mereka jauh mendapatkan gizi yang baik,” katanya.

Baca juga: Pengendalian Penyakit Gizi Buruk dan Campak Untuk Asmat

Bupati Asmat Elisa Kambu mengakui bahwa sejak September 2017 Dinas Kesehatan Kabupaten Asmat mencatat adanya serangan penyakit campak, namun baru akhir Desember, yakni 23 Desember mendapat laporan dari Uskup Keuskupan Agats Mgr Aloysius Murwito adanya balita meninggal di Kampung As, Distrik Pulau Tiga meninggal akibat penyakit tersebut.

“Saya juga menemukan sendiri ada balita yang meninggal dan belasan anak terserang penyakit campak dan gizi buruk di Asmat, khususnya di Kampung As dan Atat. Dan ketika itu langsung memerintahkan kepala Dinkes untuk menanggulanginya,” kata Kambu saat rapat koordinasi dengan tim dari KSP, tim Kementerian Kesehatan, tim Kementerian Sosial, tim Provinsi Papua, TNI dan Polda Papua, Rabu (16/1).

Bupati Asmat ini mengakui timnya mulai bekerja pada 1 Januari dan pada 11 Januari dilaporkan telah merawat ratusan pasien yang terkena penyakit campak, dimana 393 orang diantaranya menjalani rawat jalan dan 175 orang diantaranya terpaksa harus menjalani rawat inap.

Dia mengakui ada kendala yang terjadi saat menangani KLB ini, minimnya tenaga dokter yang ada, yakni ada 12 dokter dan satu dokter spesial di Asmat.

Bahkan dari 16 puskemas yang tersebar, hanya tujuh yang ada dokternya serta minimnya peralatan kesehatan dan jarak yang berjauhan yang mengakibatkan banyaknya korban, jelas Kambu.

Ingin mengabarkan peristiwa atau menulis opini? Silahkan tulis di kanal WARGA SERUJI dengan klik link ini

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama

ARTIKEL TERBARU

BERITA TERBARU

TERPOPULER