JAKARTA, SERUJI.CO.ID – Politisi Partai NasDem, Ahmad Ali menilai tindakan aparat kepolisian di stadion Kanjuruhan pasca laga Arema FC vs Persebaya, Sabtu (1/10) malam, didasari niat baik, bukan berniat menghilangkan nyawa para suporter Aremania.
Menurut Ali, setiap manusia bisa melakukan kesalahan dan khilaf, demikian juga aparat kepolisian dalam peristiwa yang kemudian menewaskan 131 orang, termasuk 2 aparat kepolisian.
“Saya yakin aparat hukum tidak punya niat untuk itu. Tindakan yang terjadi diduga merupakan bentuk kelalaian dan niatnya baik untuk mencegah chaos dari penonton,” kata Ali melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (6/10).
Politisi yang juga anggota Komisi III DPR RI ini menilai telah terjadi kekeliruan aparat kepolisian dalam bertindak. “Tentunya kita sesali. Namun sekali lagi manusia tidak luput dari salah dan khilaf,” ujarnya.
Terkait dengan Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF), Ali meminta agar TGIPF bekerja dengan hati-hati. Pasalnya, tragedi ini dianggap berpotensi menimbulkan kegaduhan jika dilakukan serampangan.
“Intinya, TGIPF harus bekerja sepi dan senyap agar tidak menimbulkan kegaduhan. Kita tunggu hasilnya,” ujarnya.
Ali berharap tim ini bisa bekerja secara profesional dan proporsional. “Sehingga bisa menghasilkan data yang sesuai dengan fakta dan peristiwa yang terjadi,” tukasnya.
Sebagaimana diberitakan, ratusan nyawa melayang di Tragedia Kanjuruhan usai laga Arema FC vs Persebaya di stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada Sabtu (1/10/2022).
Peristiwa bermula ketika aparat Kepolisian menembakan gas air mata ke arah penonton. Tidak hanya ke penonton yang turun ke lapangan, bahkan tertangkap kamera polisi juga menembakan gas air mata ke arah tribun.
Polisi beralasan penembakan dilakukan untuk mencegah sejumlah penonton yang turun ke lapangan.
Akibat tembakan gas air mata ke tribun, penonton panik dan berhamburan menuju pintu keluar yang saat itu masih tertutup. Karena berdesak-desakan dan gas air mata yang ditembakan polisi, banyak penonton yang tewas kehabisan napas dan terinjak-injak.