Pemindahan ibu kota, imbuh Fahira, pasti berpengaruh terhadap fokus pemerintah dalam mengejar target pertumbuhan ekonomi yang terus meleset. Ditambah APBN yang sedikit banyak pasti akan digunakan sebagai salah satu sumber pendanaan pemindahan ibu kota.
“Pemerintah kan harus ‘memuter otak’ bagaimana mendapatkan dana sekitar Rp400-an triliun untuk memindahkan ibu kota karena mengharapkan APBN tidak akan mungkin. Mendapatkan dana ini butuh sumber daya yang luar biasa. Sementara, masih banyak persoalan lain yang harus segera diselesaikan oleh Pemerintah saat ini yang juga membutuhkan pembiayaan yang dikit sedikit,” tukas Fahira.
Saat ini, lanjut Fahira, Jakarta masih mampu menjalankan fungsinya sebagai pusat pemerintahan. Terlebih dalam dua tahun terakhir ini wajah Jakarta lebih baik terutama dalam kinerja ekonomi, integrasi transportasi publik, penataan berbagai fasilitas umum, kependudukan dan penangangan banjir. Oleh karena itu, tegas Fahira, dirinya tidak melihat ada urgensi ibu kota harus dipindahkan dari Jakarta saat ini.
“Lebih baik Pemerintah fokus menyelesaikan berbagai persoalan bangsa ini terutama terkait kesehatan, pendidikan, ketimpangan ekonomi yang semakin nyata, dan banyak persoalan pelik lainnya. Pemindahan ibu kota itu butuh energi besar dan saya khawatir semua sumber daya kita tercurah kesana,” pungkasnya
