SERUJI.CO.ID – Saat kita konsultasi ke dokter, biasanya hal yang pertama kali diperiksa dokter adalah tekanan darah. Dengan menggunakan alat khusus yang dikenal dengan sphygmomanometer atau tensimeter, tekanan darah kita dapat diketahui besarannya.
Sphygmomanometer sebenarnya mengukur tekanan pada dinding pembuluh darah akibat desakan darah pada saat jantung kontraksi memompa darah dan waktu jantung relaksasi. Karena itu dokter akan memberitahu tekanan darah kita dengan dua ukuran, misalnya 120/80 mmHg. Angka 120 menunjukkan tekanan pada dinding pembuluh darah ketika jantung kontraksi yang dikenal juga dengan tekanan sistolik, dan angka 80 menunjukkan tekanan pada dinding pembuluh darah ketika jantung mengalami relaksasi atau istirahat.
Hipertensi atau tekanan darah tinggi menggambarkan tingkat tekanan darah yang disepakati yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami penyakit kardiovaskuler seperti jantung, peyakit serebro-vaskuker, penyakit ginjal, mata dan sebagainya.
Walaupun masih ada beda pendapat para ahli, seseorang dikatakan menderita tekanan darah tinggi bila tekana darah sistoliknya di atas 140 mgHg, atau diastoliknya lebih dari 90 mmHg dalam beberapa kali pemeriksaan. Bila tekanan sistolik antara 130 s/d 140 mmHg dan atau diastolik antara 80-90 mmHg dikatakan seseorang menderita prehipertensi.
Sayangnya hipertensi tidak mempunyai gejala yang khas, sehingga kita tidak sadar ada sesuatu yang salah atau berbahaya yang sedang mengancam penderitanya.
Sakit kepala Yang sering dikaitkan oleh pasien sebagai gejala hipertensi juga bukan gejala yang harus dan pasti untuk hipertensi. Bahkan sering pasein dengan tekanan darah yang sangat tinggi sekalipun tanpa gejala sakit kepala atau keluhan sama sekali. Banyak pasien dengan tekanan darah tinggi yang tanpa gejala ini abai, membiarkannya dan merasa ok-ok saja, kemudian tau-tau sudah mengalami serangan stroke, jantung membengkak, gagal jantung, gagal ginjal, dan sebagainya.
Karena itu hipertensi dikenal juga sebagai “silent killer,” artinya pembunuh diam-diam. Dia sudah menggerogoti tubuh kita tetapi kita tidak menyadarinya.
Sehubungan dengan itu, ada banyak pasien dengan tekanan darah tinggi yang berat, tekanan darah lebih dari 180 mmHg merasa tidak ada masalah, tidak ada keluhan. Menghadapi pasien seperti ini sering saya sampaikan, kalau tidak ada gejala, tidak ada keluhan itu malah lebih berbahaya, karena tidak mendorong pasien untuk memeriksakan dirinya lebih awal.
Apa sebabnya tekanan darah tinggi ini berbahaya?
Seperti disinggung di atas, hipertensi adalah silent killer yang sering kita abaikan. Mengapa bisa menjadi pembunuh? Ada beberapa teori yang dapat menerangkannya, secara ringkas dan sederhana.
Tekanan darah tinggi mengakibatkan lapisan dalam pembuluh darah menjadi menebal, kaku dan kemudian semakin lama semakin menyempit. Pembuluh darah yang menyempit meningkatkan risiko pembekuan darah dan penyumbatan pembuluh darah. Penyumbatan ini dapat memacu serangan jantung dan stroke.
Darah yang mengalir kuat dan cepat akan merusak sel dinding pembuluh darah yang halus, lembut. Dinding pembuluh darah yang mengalami kerusakan atau bisa dikatakan luka ini memancing terjadinya reaksi pertahanan lokal yang diantaranya melibatkan sel darah putih, kolesterol LDL yang dapat membentuk plak atau sumbatan. Pembentukan plak ini meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah di otak juga menyempit dan rapuh. Keadaan ini meningkat risiko dua jenis stroke, stroke iskemik dan perdarahan. Stroke iskemik terjadi akibat penyumbatan pembuluh darah plak sehingga sebagian jaringan otak yang terserang kekurangan oksigen dan nutrisi. Pada stroke perdarahan terjadi pembuluh darah yang rapuh kemudian pecah atau ruptur.
Akibat pembuluh darah yang semakin menyempit dan kaku, untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrisi, jantung harus bekerja lebih kuat, dan semakin lama otot jantung terutama yang kiri semakin lama semakin menebal dan jantung secara keseluruhan membrane. Otot jantung yang menebal membutuhkan aliran darah yang lebih banyak pula, dan jantung yang membesar akan mengalami gangguan pengisian darah dan kontraksi secara efektif. Keadaan ini meningkatkan dan mengakibatkan risiko serangan jantung, “sudden cardiac death” dan gagal jantung.
Jadi, ringkasnya, tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah arteri menebal, menyempit, kaku dan rapuh. Plak, bekuan darah yang terbentuk akan mudah menyumbat aliran darah pada pembuluh yang menyempit. Keadaan ini mendorong jantung berkerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh, tekanan darah juga akan semakin naik. Ini lebih lanjut berakibat masalah serius pada seluruh tubuh kita.
Tanpa monitor dan pengendalian tekanan darah yang baik, stroke, serangan jantung, gangguan fungsi ginjal, penyakit pembuluh darah perifer, dan sebagainya akan mengancam kita.
Karena itu, survei yang dilakukan oleh tim Reader Digest terhadap para dokter ahli preventif menempatkan tekanan darah tinggi tidak hanya penyakit, tetapi sekaligus jadi biang penyakit lain.
Mencegah dan mengendalikan penyakit ini merupakan langkah pertama kita untuk menghindari beberapa penyakit seperti serangan jantung, stroke, gagal ginjal, kebutaan, dan sebagainya. (ARif R)