Anas menambahkan, selain sebagai ajang promosi wisata, ajang tersebut juga menjadi instrumen daerah untuk menggerakkan perekonomian warga.
“Kalau Pulau Tabuhan menjadi destinasi selancar layang dunia, geliat perekonomian akan ikut terdongkrak karena pasar selancar layang kini terus tumbuh pesat. Masyarakat bisa melakukan kegiatan ekonomi produktif, seperti produski suvenir, kuliner, jasa travel, dan jasa penunjang lainnya,” tuturnya.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Pemkab Banyuwangi Wawan Yadmadi mengatakan “International Kite and Wind Surfing Competition” ini merupakan kali kedua digelar di Banyuwangi. Ajang ini melombakan kategori racing (maraton), trapezoid, speed trial, dan freestyle and bigjump exhibition.
“Kami bersinergi dengan Banyuwangi Bangsring Breeze, Bali Kite Surfing School, dan Dragoon Yacht,” kata Wawan.
Race Organizer Kite and Wind Surfing Competition Iwan Syahlani mengatakan, Pulau Tabuhan sangat cocok untuk bermain selancar layang dan angin karena lautnya tanpa ombak besar.
“Posisinya juga tepat pada jalur arus angin terkencang. Angin keras selalu ada setiap saat dengan kecepatan 25 knot, tidak usah menunggu datangnya angin seperti di Bali,” ujarnya.
Selancar layang adalah olahraga air yang mengombinasikan selancar angin, selancar, paralayang, bahkan senam. Para atlet di papan selancar dihubungkan dengan layang-layang paralayang. Para peselancar memanfaatkan angin untuk menaklukkan air dan melayang-layang di udara, lalu melandai kembali berselancar di atas air dengan gerakan-gerakan akrobatik. (Ant/Frdn)