Pada Rabu malam (15/11) beberapa penyidik KPK mendatangi rumah wakil rakyat yang “terhormat” ini untuk menangkapnya. Namun sayang tokoh “flamboyan” ini sudah menghilang dan kemudian dilakukan pengejaran lagi.
Akhirnya, pada Kamis malam Novanto mengalami kecelakaan di ibu kota dan tentu saja kejadian ini menggembirakan KPK karena tidak usah repot-repot mengejar-ngejar lagi.
Ketua DPR kemudian dibawa ke sebuah rumah sakit swasta untuk menjalani perawatan. Namun pada hari Jumat siang (17/11) tersangka ini dipindahkan ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) yang merupakan milik pemerintah. Bahkan dia disebut-sebut bisa dipindahkan lagi ke Rumah Sakit Polri Soekanto di Jakarta Timur.
Untuk sementara masyarakat tentu bisa merasa senang dan tenang karena tersangka kasus korupsi ini sudah berada dibawah kendali KPK yang pasti didukung Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Rasanya hampir bisa dipastikan bahwa mantan Ketua Fraksi Golkar di DPR ini –saat program KTP-el dimulai– tidak bisa menghindar lagi atau bahasa gampangnya kabur dari aparat penegak hukum.
Memang masyarakat harus memegang teguh azas praduga tak bersalah bahwa seseorang belum bisa dinyatakan bersalah sampai dengan adanya keputusan pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap.
Tapi rakyat Indonesia yang pasti akan memantau proses hukum terhadap orang ini pasti bisa memperhatikan penegasan Presiden Jokowi di Jakarta, Jumat pagi setelah menghadiri sarasehan di Dewan Perwakilan Daerah (DPD) yang sambil secara jelas menyebut nama Setya Novanto menyatakan agar Novanto tunduk pada aturan hukum yang berlaku di Tanah Air.
Jika seorang Kepala Negara saja sudah berujar demikian maka rakyat tentu telah bisa sampai kepada kesimpulan bahwa Jokowi bertekad agar kasus ini diselesaikan melalui jalur hukum dan bukannya cara-cara lain.
