Hari itu, Eva dan teman-temannya diajak bermain Ram Tam Tam. Tim ACT mengajak mereka membuat sebuah lingkaran, lalu mereka menyanyikan lagi Ram Tam Tam sambil memperagakan gerakan tarian. “Ram tam tam.. guli…guli..guli..,” seru anak-anak Rohingya serempak. Tawa renyah mereka mencerahkan langit, menghapus sejenak air mata yang mengalir dari horror kelam kematian.
Masih banyak yatim piatu Rohingya yang kini terserak di kamp pengungsian Bangladesh. Seperti Eva, sehari-hari mereka menghabiskan waktu dalam lamunan. Meringkuk kedinginan di tenda pengungsian, benaknya seperti tape recorder, berulang-ulang memutar peristiwa mengerikan yang menimpa kedua orang tua dan sanak saudaranya.
Untuk meringankan beban batin mereka, Tim Medis ACT menjadikan Ahad sebagai “Hari Anak-anak” di samping kegiatan reguler berupa pelayanan kesehatan untuk seluruh pengungsi. ACT terus berihtiar melakukan upaya penyembuhan trauma mereka melalui program pemulihan pascakonflik. InsyaaAllah, kepedulian masyarakat Indonesia yang terus mengalir akan bermuara pada mereka. (ACT/Rur/Hrn)
Seruji tlg berikan update secara rutin ttg rohingya…kalau perlu tiap 3hari sekali.
Bukti hidup biadabnya kafir myanmar
Semoga dukamu sekarang akan mendapat ganti kebahagiaan yg melimpah di akhirat nak….amin.
Peluk cium untukmu sayang,,,