Setiap perjuangan tidak bisa lepas dari faktor “keberuntungan”, kata orang. Namun keberuntungan tidaklah berasal dari ketiadaan, seperti yang diduga banyak orang tak bertuhan, melainkan dari Yang Mutlak Ada, sumber dari segala keberadaan. Maka, keberuntungan bisa diperoleh manakala menggunakan alat pertolongan perjuangan yang disediakan olehNya.

Dua alat pertolongan perjuangan (app) tersebut adalah sabar dan shalat, seperti yang tertera dalam Al Quran Surah Al Baqarah, “minta tolonglah dengan sabar dan shalat.”

Alat yang disebut “sabar”, bukan di luar diri manusia. Ia adalah sikap. Benar, karena faktor utama kekalahan dalam perjuangan itu berasal dari diri yang melemah dan mudah putus asa.

Memang, provokasi dan gangguan dari luar itu bagaikan banjir bandang tak pernah berhenti, apalagi ketika sudah mendeklarasikan perbedaan sikap. Orang iri dan dengki tidak pernah habis manakala setan masih berkeliaran. Namun, semuanya tak akan berpengaruh jika punya sikap sabar.

Orang yang sabar, bukanlah bersikap pasif. Sabar bahkan lebih dekat dengan sikap proaktif, lawan dari reaktif. Ketika ada stimulus dari luar, orang yang sabar tidak serta merta menanggapi baik secara fisik maupun pikiran, namun menggunakannya sebagai motivasi untuk melakukan hal yang positif bagi dirinya dan seringkali bertolak belakang dengan apa yang dipikirkan atau diharapkan lawan.

Sikap sabar bahkan memunculkan lebih dari sekedar berkebalikan dengan apa yang diharapkan pihak lain, yaitu pola tindakan yang sama sekali baru dan tak terpikirkan. Wujudnya berupa kreatifitas gerakan, lepas bebas dari keterikatan pengaruh eksternal. Gerakan semacam ini tak tertebak, menjadi ujung tombak untuk melepaskan diri dari berbagai masalah.

Namun, sikap sabar itu tidak ringan. Ia merupakan hasil dari berbagai ujian. Ada yang sebagian orang berputus asa di tengah jalan, yang lainnya bahkan bersegera berbalik badan. Sebabnya, mudah sekali terpengaruh caci dan maki, serta riya terhadap manusia. Oleh karenanya, hanya orang yang menegakkan shalat yang mampu mengatasinya.

Mudah terpengaruh caci maki orang itu bisa dihilangkan dengan menghilangkan riya dan menihilkan kesombongan kepada manusia. Tindakan nyatanya, hormat. Persis makna shalat. Maka, inilah pentingnya shalat.

Shalat adalah tindakan badan, pikiran dan sikap menghormat. Orang yang menegakkan shalat berarti selain mengerjakan juga meresapi fungsinya sebagai pembentuk kepribadian berharga diri sekaligus hormat.

Menegakkan shalat menjadi berat ketika ukurannya hanyalah sejauh pandangan manusia, berharap hanya imbal balik atau belas kasihan sesama. Sebaliknya, menjadi ringan ketika rasa takut mendominasi, takut ketika harus kembali kepada Yang Maha Memiliki, ketika semua mempertanggungjawabkan amal perbuatannya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama