Ketika konsultasi pun Ia tidak banyak mengeluh, tapi banyak bercerita tentang kegiatan sehari-hari yang dilakukannya, mulai dari aktifitas sebagai Ibu rumah tangga, sampai kepada diet, olahraga, dan aktifitas bersama teman-temannya sesama penderita diabetes. Bahkan waktu kontrol Ia tidak pernah lupa membawa hasil pemeriksaan kurve harian gula darahnya. Ia merasa bangga dan senang sekali dengan hasilnya.
Ketika saya memberi komentar, hebatnya Ibu, sudah 15 tahun lebih menderita diabetes, tetapi Ibu semakin sehat saja, gula darah, lemak, dan tekanan darah Ibu juga terkontrol dengan baik, Kok bisa ya?
Begini ceritanya dokter, katanya, pertama kali saya dinyatakan menderita diabetes, saya tidak bisa menerimanya, saya protes, dan sangat kecewa, saya seperti lari dari kenyataan. Saya sering marah, tidak mau berobat, tidak mau diet, bahkan saya makan lebih banyak. Tidak berapa lama kemudian jari kaki saya infeksi, tidak kunjung sembuh dan akhirnya dipotong. Dari sinilah saya mulai sadar, ternyata dengan sikap seperti itu keadaan saya semakin buruk dan saya harus kehilangan jari kaki saya.
Kata dokter yang merawat waktu itu, kalau saya tidak mau diet, tidak mau olahrga, tetap dengan gaya hidup sekarang, gula darah saya tetap tinggi, saya tidak hanya kehilangan satu jari saya, kaki sayapun bisa menyusul. Dari sinilah sikap dan pandangan saya mulai berubah, saya tidak mau kehilangan kaki saya tidak mau kehilangan ginjal saya.
Saya kemudian diet dengan ketat, tidak merokok lagi, olah raga hampir setiap hari, dan saya teratur konsultasi disamping memeriksa sendiri gula darah saya hampir setiap hari. Alhamdulillah dengan perubahan gaya hidup itu, gula darah terkontrol dan keluhan-keluhan akibat gula darah yang tinggi tidak saya rasakan lagi.
Dan, yang lebih menentukan lagi, saya belajar menjalani hidup sebagai penyandang Diabetes ini dengan sabar, tetap bersyukur, dan memerima dengan ridho ketentuan Allah ini. Saya tidak mau stress lagi, bahkan saya anggap penyakit Diabetes ini sebagai tantangan dan cobaan dari Allah untuk menjalani kehidupan yang lebih baik, hidup lebih sehat, dan contoh bagi keluarga, sahabat, dan penderita diabetes lainnya. Cerita si Ibu penuh semangat.
Nah, bermacam-macam reaksi psikologis seseorang menghadapi penyakit Diabetes ini. Walau tidak se-sederhana itu, dua kasus di atas adalah contoh perbedaan reaksi, dan akibatnya terhadap perjalanan penyakit diabetesnya
Dan, yang pasti diingat adalah, bahwa sikap, “attitude,” pikiran anda akan menentukan perjalanan penyakit kronis progresif ini. Mereka yang menerima, yang sabar, ikhlas, yang dapat mengubah gaya hidupnya, gula darah akan lebih mudah terkontrol dan kemungkinan komplikasi lebih kecil serta kualitas hidup yang lebih baik.