SERUJI.CO.ID – Di suatu pagi, beberapa hari yang lalu, dua orang pasien dengan penyakit yang sama, diabetes melitus, datang kontrol dan konsultasi ke tempat praktik saya.
Pasien pertama, sebut saja Tuan A, usia 48 tahun, diketahui menderita diabetes sejak delapan tahun yang lalu, atau ketika usianya 40 tahun. Dalam beberapa bulan terakhir kontrol tiap bulan ke tempat saya praktek. Sebelumnya juga berobat ke rumah sakit dekat rumahnya dan punya riwayat sering berpindah-pindah dari satu dokter ke dokter lainnya. Alasannya, gula darahnya tidak kunjung terkontrol dan keluhan-keluhan yang dirasakannya seperti lemas, kesemutan, dan rasa panas di jadi-jarinya tidak banyak berkurang.
Selintas pasien ini saya amati sedikit emosional, tidak tenang, seperti tertekan dengan penyakit yang dideritanya. Keluhannya pun banyak sekali, mulai dari keluhan terkait gejala Diabetes yang disandangnya, yang juga sudah dengan komplikasi, sampai kepada waktu tunggu yang lama, harus antri waktu ambil obat, waktu menunggu hasil laboratorium yang memakan waktu, dan atiran BPJS yang bikin sulit.
Di rumah pun menurut penuturan istrinya, sang suami jadi sensitif, mudah tersinggung, marah.
“Dan kelihatannya stress dokter, tidur pun sulit. Kalau sudah seperti itu biasanya dia tidur, makan tidak terkontrol dan tidak mau olahraga,” terang istrinya.
Dari pemeriksaan laboratorium, gula darah pasien memang belum terkontrol. Gula darah Puasa, 2 jam setelah makan masih agak tinggi, dan Hb A1C yang menggambarkan kadar gula darah rata-rata dalam tiga bulan terakhir masih jauh dari target.
Profil lemak darah tidak normal, begitu juga fungsi ginjalnya sudah mulai menurun. Tekanan darah juga masih di atas target dan penampilan fisiknya juga tidak sehat, perutnya besar dan kalau diukur, saya yakin lingkar perutnya jauh di atas normal.
Kalau saya tanya apakah Ia ada diet, olahraga, jawabannya pasti ada, tapi menurut cerita istrinya berbeda lagi. Pernah juga dijawab, saya kan sudah makan obat dokter, untuk apalagi saya harus diet, harus olahraga.
Pasien ke dua, Ny BS, usia 55 tahun. Diketahui menderita diabetes pertama kali waktu berusia 45 tahun. Dalam beberapa bulan terakhir teratur kontrol ke rumah sakit tempat saya praktek karena lebih dekat dengan rumah tempat tinggalnya sekarang.
Sangat kontras dengan pasien pertama, Ny BS ini kelihatan santai, tenang, enjoy saja. Tidak kelihatan bahwa dia sudah menderita penyakit Diabetes Mellitus lebih dari 15 tahun, dengan komplikasi cukup serius pada awal diketahui gula darahnya yang tinggi, luka pada Ibu jarinya yang kemudian diamputasi.