SERUJI.CO.ID – Amputasi tungkai bawah, penyakit ginjal, penyakit mata di negara maju seperti Amerika Serikat akibat komplikasi Diabetes Mellitus menurun cukup bermakna dalam beberapa tahun terakhir. Untuk kejadian amputasi, per 1000 penderita Diabetes Mellitus ini mencapai puncaknya pada tahun 1996 dan menurun setengahnya pada tahun 2013.
Walaupun demikian Diabetes Mellitus adalah penyebab utama kedua tindakan amputasi setelah kecelakaan.
Lalu, bagaimana di Indonesia? Saya belum mendapatkan angka kejadiannya yang pasti. Tapi dari pengalaman merawat pasien Diabetes Mellitus yang sudah cukup lama, kasus ini sering saya jumpai.
Sebagai illustrasi saja, dalam 2 minggu ini saya merawat dua pasien Diabetes Mellitus dengan jari kakinya harus diamputasi oleh dokter bedah karena luka, infeksi yang tidak sembuh, jaringan yang sudah nekrosis.
Salah satunya seorang wanita usia 60 tahun. Saya lihat pertama kali waktu dirawat di bangsal.
Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan luka yang tidak sembuh-sembuh pada jari kaki kanannya. Dari anamnesis diketahui bahwa luka pada jari kaki ini dialami pasien sudah cukup lama. Luka pada awalnya disebakan sayatan kecil waktu pasien memotong kuku jari kakinya. Anehnya, menurut cerita pasien, pasien tidak merasakan rasa sakit sama sekali. Karenanya pasien menganggap tidak ada masalah dan pasien membiarkannya.
Tapi, semakin lama luka semakin luas dan dalam, dan kemudian ada sedikit nanah, jaringan kemerahan dan warna hitam pada ujung jari dan sekitar luka. Dan, pasien juga mulai merasakan sedikit rasa nyeri di sekitar luka dan bagian atas jari-jarinya. Karena rasa sakit dan luka yang semakin meluas inilah baru pasien berobat ke rumah sakit.
Dari anamnesis juga diketahui bahwa pasien sudah menderita Diabetes Mellitus sejak lebih kurang 10 tahun ini. Berobat tidak teratur dengan gula darah yang tidak terkontrol dengan baik. Kadar gula darah pasien waktu pertama masuk di UGD sangat tinggi, lebih dari 500 mg/dL.
Kemudian, selesai memeriksa pasien, tiba-tiba anak pasien, wanita dan masih muda yang dari awal selalu ada di samping Ibunya menyela sambil bertanya, “Apa kaki Ibu saya harus dipotong dokter?” sambil mengusap air matnya dan menatap Ibunya.
Agak pelan saya menjawab, “Kalau melihat keadaan lukanya, kemungkinan besar begitu, tapi nanti ada pemeriksaan lanjutan dan akan saya konsulkan ke dokter ahli bedah”.
Karena heran dengan pertanyaan anak pasien ini, kemudian saya balik bertanya, kenapa dia berpikir begitu?
“Ya, dokter, saya lihat tetangga saya yang saya kenal dengan baik, menderita Diabetes Melitus, luka di kakinya tidak sembuh-sembuh akhirnya dipotong,” terangnya.
“Ya, kebanyakan begitu, luka di tungkai bawah, dibiarkan, dianggap kecil, tidak masalah apalagi karena tidak ada rasa sakit, kebanyakan datang ke rumah sakit sudah terlambat, karena jaringan sudah mengalami nekrosis, mati dan kadang-kadang sudah menyerang tulang sekitarnya. Kalau sudah begitu memang harus operasi, harus dipotong atau istilah kedokterannya amputasi. Tujuannya adalah untuk mencegah perjalanan infeksi yang lebih luas dan bahkan dapat mengancam kematian,” saya mencoba menerangkan kepada Anak pasien secara gamblang.
Nah, luka pada penderita Diabetes Mellitus, terutama pada tungkai bawah perjalanannya tidak sama dengan luka pada orang normal. Luka kecil pada orang normal, biasanya akan sembuh sendiri. Pada penderita Diabetes Mellitus belum tentu, dapat menjadi kronis, meluas, mengakibatkan komplikasi seperti amputasi dan bahkan kematian.
Mengapa kok bisa begitu? Seperti diketahui, bahwa pada penderita diabetes Mellitus yang tidak terkontrol dengan baik, yang sudah cukup lama, ada komplikasi yang dikenal sebagai penyakit pembuluh darah perifer (tepi) dan gangguan syaraf atau istilahnya neuropati diabetikum.
Pada gangguan pembuluh darah perifer ini, sederhananya ada penyumbatan pembuluh darah tepi, ini dapat dilihat dari luka yang tidak berdarah. Akibatnya sistem tubuh tidak mampu membunuh bakteri yang menyertai luka dan sistem pertahanan lokal juga tidak berjalan sehingga luka sulit sembuh.
Disamping itu, pada penderita Diabetes Mellitus juga ada komplikasi gangguan fungsi syaraf tepi yang dikenal dengan neuropati diabetikum. Jelasnya syaraf tepi tidak berfungsi dengan baik atau bisa dikatakan mati. Dan akibatnya bila ada rangsangan dari luar seperti tusukan, terpapar air panas, penderita tidak akan merasakannya. Akibatnya penderitanya abai dengan luka yang terjadi.
Sehubungan dengan itu, saya pernah punya pasien Diabetes dengan luka di kakinya yang awalnya disebabkan oleh tusukan payung di telapak kakinya, baru diketahuinya waktu membuka sepatu dan kaos kakinya. Dia tidak tahu sudah seharian kakinya tertusuk.
Dua faktor risiko di atas, dan faktor lain seperti lingkungan yang berbahaya, menyebabkan penyandang Diabetes Mellitus punya risiko tunggi untuk mengalami amputasi tungkai bawahnya. Risikonya 15 kali lebih besar daripada orang normal.
Kemudian, menurut penelitian lebih dari 25% pasien Diabetes akan mengalami ulcerasi atau luka pada tungkainya, dan 85% pasien Diabetes yang mengalami amputasi didahuhui oleh luka ini.
Karena itu bila anda penyandang Diabetes Mellitus perhatikan, jaga dan pelihara kaki anda dengan seksama. (ARif R)