SERUJI.CO.ID – Penyakit diabetes adalah penyakit kronis. Sekali kita dipastikan sudah menjadi penyandangnya, atau diagnosis ditegakkan, pada umumnya selama hidup penyakit ini akan selalu mendampingi kita. Diabetes akan menjadi bagian dari kehidupan kita
Diabetes juga dikenal dengan penyakit gaya hidup. Gaya hidup yang dijalani seperti pola makan, aktifitas fisik, sikap atau attitude akan menentukan apakah kita akan menjadi penyandangnya atau tidak. Gaya hidup juga membantu pengendalian gula datah, faktor faktor rsiko lain, dan mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi.
Bermacam reaksi pasien ketika pertama kali diberitahu bahwa mereka menderita diabetes melitus. Ada pasien yang dapat memerima dengan tenang, memahaminya, ada juga yang kecewa, stress, tidak percaya, marah, tidak menerimanya, atau bahkan mengingkarinya.
Sebagai dokter saya dapat memahami reaksi atau sikap pasien ini. Latar belakang pasien, pendidikan, pengetahuan, pengalaman pasien dengan penyakit diabetes melitus sendiri juga penting dan menentukan reaksinya. Pasien yang kecewa, menyesal, takut, stres kemungkinan karena sering melihat orang tua, saudara, teman dekatnya dengan komplikasi diabetes akibat gula darah yang tidak terkontrol.
Dan, pasien yang tidak menerima, menolak, mengingkari saya lihat sering didapatkan pada diabetes tipe 2 berusia muda. Pasien-pasien yang merasa, koq mereka bisa menderita diabetes padahal tidak ada orang tuanya, keluarganya yang menderita diabetes, dan pasien yang merasa tidak ada gejala, tidak ada apa-apa, tidak ada keluhan.
Reaksi negatif waktu seseorang didiagnosis sebagai penyandang diabetes ini dalam batas tertentu normal saja. Tetapi, bila berlanjut dalam waktu lama akan menyebabkan dampak buruk terhadap pengelolan gula darah dan ancaman komplikasinya.