oleh
dr. Irsyal Rusad, Sp PD, dokter spesialis Penyakit Dalam.

_________________________________________________________________________

“Happy is the man who finds a true friend, and far happier is he who finds that true friend in his wife.”  ~ Franz Shubert.

Tuan AS, 69 tahun, adalah seorang pasien rutin kontrol tiap bulan karena penyakit ginjal kronis yang sudah mendapatkan terapi  pengganti ginjal,  “hemodialisa” (cuci darah) sejak sekitar delapan tahun yang lalu.

Dalam dua tahun terakhir pasien menjalani terapi itu di Rumah Sakit tempat saya praktik. Selama itu pula saya tertarik melihat  hubungan pasien dengan keluarganya, terutama dengan sang istri. Sang istri, menurut ceritanya yang jauh lebih muda, pada saat kontrol apalagi ketika sedang cuci darah selalu mendampinginya. Rasanya saya belum pernah melihat Tuan AS ini datang sendiri tanpa didampingi istrinya.

Lalu, dua minggu lalu, seperti biasa pasien kontrol, datang tidak hanya dengan istri tapi juga dengan anak perempuannya. Ketika konsultasi, pasien dan istrinya duduk di dua kursi yang tersedia dan anaknya berdiri di belakang papanya sambil memegang bahunya.

Nah, sebelum pasien menyampaikan keluhannya, sedikit agak bergurau saya katakan, “Bapak kelihatan tambah sehat saja sekarang. Melihat penampilan Bapak, orang tidak akan percaya bahwa Bapak penderita gagal ginjal yang sudah lama menjalani cuci darah. Kok bisa, apa rahasianya?” Tanya saya, ingin tahu.

Pasien kelihatan agak ragu menjawab, kemudian menoleh ke istrinya, “karena dia, Dokter,” jawab pasien sambil tersenyum. Sang istri tidak memberi komentar, hanya spontan memegang tangan suaminya dan memandangnya cukup lama, seraya ketawa kecil, seperti senang. Dan, anak pasien yang berdiri di belakang ayahnya-pun  ikut menyela, “ya, Dokter, semua karena mama kami, Mama sangat sayang dan peduli dengan Papa, apalagi selama Papa sakit begini.”

TINGGALKAN KOMENTAR

Silahkan isi komentar anda
Silahkan masukan nama